Selasa, 23 Juli 2019

Preeklamsia

Preeklamsia
Preeklamsia adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ, misalnya kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada urine (proteinuria). Preeklamsia juga sering dikenal dengan nama toksemia atau hipertensi yang diinduksi kehamilan.
Gejala preeklamsia biasanya muncul saat usia kehamilan memasuki minggu ke-20 atau lebih (paling umum usia kehamilan 24-26 minggu), sampai tak lama setelah bayi lahir. Preeklamsia yang tidak disadari oleh sang ibu hamil bisa berkembang menjadi eklamsia, kondisi medis serius yang mengancam keselamatan ibu hamil dan janinnya.

Gejala Preeklamsia

Preeklamsia kadang-kadang bisa berkembang tanpa gejala apa pun atau hanya menimbulkan gejala ringan.
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat. Oleh karena itu, memonitor tekanan darah secara rutin menjadi hal penting untuk dilakukan selama masa kehamilan. Jika tekanan darah wanita hamil mencapai 140/90 mm Hg atau lebih, segeralah berkonsultasi dengan dokter kandungan, terutama bila ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah.
Selain hipertensi, tanda klinis dan gejala lainnya dari preeklamsia adalah:
  • Sesak napas akibat cairan di paru-paru.
  • Sakit kepala parah.
  • Berkurangnya volume urine.
  • Gangguan penglihatan, misalnya pandangan hilang secara sementara, menjadi kabur, atau sensitif terhadap cahaya.
  • Mual dan muntah.
  • Rasa nyeri pada perut bagian atas (biasanya di bawah tulang rusuk sebelah kanan).
  • Meningkatnya kandungan protein pada urine (proteinuria).
  • Gangguan fungsi hati.
  • Pembengkakan pada telapak kaki, pergelangan kaki, wajah, dan tangan.
  • Menurunnya jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia).
Laju pertumbuhan janin yang melambat juga bisa menandakan sang ibu menderita preeklamsia. Kondisi ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan darah ke plasenta, sehingga janin mengalami kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi.
Agar preeklamsia bisa segera terdiagnosis dan ditangani, lakukanlah konsultasi rutin dengan dokter kandungan setiap bulan. Jangan ragu untuk lebih sering melakukan konsultasi dengan dokter kandungan jika merasakan gejala-gejala yang tidak wajar selama masa kehamilan.

Penyebab Preeklamsia

Sampai saat ini, penyebab utama preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali dengan adanya kelainan pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama masih di dalam kandungan.
Pada wanita dengan preeklamsia, pertumbuhan dan perkembangan pembuluh darah plasenta mengalami gangguan. Pembuluh darah menjadi lebih sempit dari yang seharusnya, serta melakukan reaksi berbeda terhadap rangsangan hormon. Kondisi tersebut menyebabkan berkurangnya jumlah darah yang bisa dialirkan.
Adapun beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seorang wanita hamil mengalami preeklamsia, di antaranya:
  • Kehamilan pertama.
  • Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.
  • Kekurangan nutrisi.
  • Sedang menderita beberapa penyakit tertentu, seperti sindrom antifosfolipid, diabetes, lupus, hipertensi, atau penyakit ginjal.
  • Mengandung lebih dari satu janin.
  • Bayi pada kehamilan saat ini memiliki ayah yang berbeda dengan kehamilan sebelumnya.
  • Hamil setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya.
  • Hamil di bawah usia 20 tahun atau di atas usia 40 tahun.
  • Obesitas saat hamil dengan indeks massa tubuh 25 atau lebih.
  • Memiliki keluarga dengan riwayat preeklamsia.

Diagnosis Preeklamsia

Jika wanita hamil rutin memeriksakan kandungannya setiap bulan, maka gejala-gejala preeklamsia bisa cepat terdeteksi bilamana ada dan ditangani. Untuk mendiagnosis preeklamsia, biasanya dokter harus memastikan dulu apakah pasien mengalami hipertensi yang disertai satu atau lebih tanda klinis lainnya, seperti:
  • Adanya kandungan protein dalam urine atau gejala gangguan ginjal lainnya.
  • Gangguan penglihatan.
  • Adanya cairan dalam paru-paru.
  • Sakit kepala.
  • Rendahnya jumlah trombosit.
  • Gangguan fungsi hati.
Jika dokter mencurigai adanya preeklamsia dari hasil pemeriksaan tekanan darah, maka pasien biasanya akan diminta untuk menjalani beberapa pemeriksaan, seperti:
  • Ultrasonografi (USG). Dalam tes ini, dokter akan memeriksa berat janin dan jumlah air ketuban. Kurangnya air ketuban adalah salah satu tanda rendahnya suplai darah ke janin.
  • Pemeriksaan darah. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui kinerja organ hati dan ginjal, serta jumlah trombosit dalam darah.
  • Analisis urine. Dari sampel urine kolektif selama 24 jam dapat diperiksa kandungan protein, sementara dari sampel urine tunggal (sewaktu) dapat diperiksa perbandingan kadar protein dan kreatinin.
  • Nonstress test atau NST. Pada pemeriksaan ini diukur detak jantung bayi saat bergerak di dalam kandungan.

Pengobatan dan Pencegahan Preeklamsia

Apabila seorang wanita hamil memiliki risiko tinggi untuk mengalami preeklamsia, biasanya dokter akan memberikan aspirin dosis rendah, mulai dari usia kehamilan 12 minggu sampai bayi lahir, untuk menurunkan risiko terkena preeklamsia.
Wanita yang kekurangan asupan kalsium sebelum dan saat kehamilan, juga akan disarankan mengonsumsi suplemen kalsium untuk mencegah preeklamsia. Meski demikian, wanita hamil sebaiknya jangan mengonsumsi obat, vitamin, atau suplemen apa pun tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan.
Pada dasarnya, hanya proses kelahiranlah yang bisa menyembuhkan preeklamsia. Jika preeklamsia muncul ketika usia janin belum cukup untuk dilahirkan, dokter kandungan akan memonitor kondisi tubuh penderita dan bayi dengan seksama, hingga usia bayi sudah cukup untuk dilahirkan. Dokter juga biasanya akan lebih sering melakukan pemeriksaan darah dan USG terhadap pasien.
Ketika preeklamsia semakin parah, wanita hamil akan disarankan untuk rawat inap di rumah sakit sampai janin siap dilahirkan. Dokter akan menjalankan pemeriksaan NST secara rutin guna memantau kesehatan janin.
Jika preeklamsia muncul ketika usia janin sudah cukup untuk dilahirkan, biasanya dokter akan menyarankan tindakan induksi atau bedah caesar untuk mengeluarkan bayi sesegera mungkin. Langkah ini diambil agar preeklamsia tidak berkembang menjadi lebih parah.
Obat-obatan yang biasanya diberikan pada wanita hamil yang menderita preeklamsia adalah:
  • Antihipertensi. Dokter akan meresepkan obat penurun tekanan darah yang aman bagi janin dan ibunya.
  • Kortikosteroid. Paru-paru janin bisa berkembang lebih cepat dalam waktu singkat dengan bantuan obat ini. Selain itu, kortikosteroid juga dapat meningkatkan kinerja liver dan trombosit, sehingga kehamilan dapat dipertahankan lebih lama
  • Antikejang. Dokter bisa saja meresepkan obat antikejang jika preeklamsia yang diderita cukup parah, agar terhindar dari munculnya kejang.

Komplikasi Preeklamsia

Pada wanita hamil, preeklamsia bisa menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
  • Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count). Ini adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah trombosit. Sindrom HELLP bisa mengancam keselamatan wanita hamil dan janinnya.
  • Eklamsia. Preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai dengan kejang-kejang. Kejang ini bisa mengancam keselamatan sang ibu dan janin yang dikandungnya.
  • Penyakit kardiovaskular. Risiko terkena penyakit yang berhubungan dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika seseorang pernah menderita preeklamsia.
  • Kegagalan organ. Preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ seperti, paru, ginjal, dan hati.
  • Gangguan pembekuan darah. Komplikasi yang timbul dapat berupa perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan untuk pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.
  • Solusio plasenta. Lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang akan membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.
  • Stroke hemoragik. Kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh darah otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut. Ketika seseorang mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena adanya penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak mendapatkan pasokan oksigen akibat terputusnya aliran darah. Kondisi inilah yang menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.
Pada janin, preeklamsia juga bisa menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat. Jika preeklamsia yang diderita ibu hamil cukup parah, maka janin harus dilahirkan meski organ tubuhnya belum sempurna. Komplikasi serius, seperti kesulitan bernapas, bisa diderita bayi yang lahir dengan kondisi ini. Terkadang bayi bisa meninggal di dalam kandungan. Dalam kondisi seperti ini, bayi harus menerima perawatan dan pengawasan secara intensif.



Disusun Oleh Lilis Suryani



Terimakasih Kepada Dosen Pengampu Zaidir, ST., MCs.

Perbedaan Hipertensi Gestasional, Preeklampsia, dan Eklampsia

Perbedaan Hipertensi Gestasional, Preeklampsia, dan Eklampsia 

Perbedaan Hipertensi Gestasional, Preeklampsia, dan Eklampsia 

Berbagai komplikasi bisa muncul saat Anda hamil, seperti hipertensi saat hamil (hipertensi gestasional), preeklampsia, dan eklampsia. Ketiga komplikasi ini mempunyai dasar yang sama, yaitu tekanan darah tinggi. Kadang, ketiga komplikasi ini dianggap sama, namun sebenarnya berbeda. Apa saja bedanya?

Hipertensi gestasional

Hipertensi gestasional adalah tekanan darah tinggi yang terjadi saat hamil. Hipertensi gestasional biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu, dan setelah melahirkan hipertensi ini bisa hilang. Biasanya hipertensi gestasional dialami oleh ibu yang sebelum hamil tidak menderita tekanan darah tinggi.
Ibu hamil yang sudah menderita tekanan darah tinggi (140/90 mmHg) sebelum hamil atau sebelum usia kehamilan 20 minggu disebut dengan hipertensi kronis. Biasanya hipertensi kronis tidak akan hilang walaupun ibu sudah melahirkan bayinya.
Beberapa kondisi bisa meningkatkan risiko Anda mengalami hipertensi gestasional, yaitu:
  • Bila Anda pernah mengalami tekanan darah tinggi sebelum hamil atau saat kehamilan sebelumnya
  • Anda memiliki penyakit ginjal atau diabetes
  • Usia Anda kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun saat hamil
  • Kehamilan kembar
  • Hamil anak pertama
Hipertensi gestasional juga bebeda dengan preeklampsia dan eklampsia.

Preeklampsia

Hipertensi gestasional yang tidak segera mendapat penanganan dapat berkembang menjadi preeklampsia. Preeklampsia atau keracunan kehamilan adalah gangguan tekanan darah serius yang dapat mengganggu kerja organ. Biasanya hal ini terjadi pada usia kehamilan ke-20 minggu dan akan menghilang setelah Anda melahirkan bayi Anda.
Preeklampsia ditandai dengan tekanan darah tinggi dan proteinuria (adanya protein dalam urin). Selain itu, preeklampsia juga dapat ditandai dengan:
  • Pembengkakan pada wajah atau tangan
  • Sakit kepala yang sulit hilang
  • Nyeri pada perut bagian atas atau bahu
  • Mual dan muntah
  • Kesulitan bernapas
  • Kenaikan berat badan tiba-tiba
  • Terganggunya penglihatan
Jika ibu Anda mengalami preeklampsia saat sedang mengandung Anda, maka risiko Anda untuk mengalami preeklampsia saat hamil menjadi lebih tinggi. Risiko Anda untuk mengalami preeklampsia saat hamil juga menjadi lebih tinggi jika ibu dari suami Anda mengalami preeklampsia saat hamil. Jika Anda pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, risiko Anda mengalami preeklampsia lagi juga akan meningkat.
Penyebab preeklampsia belum diketahui secara pasti. Namun, preeklampsia tampaknya disebabkan oleh gangguan pada pertumbuhan plasenta sehingga aliran darah pada plasenta tidak berjalan dengan baik.
Preeklampsia dapat membahayakan kondisi Anda dan janin dalam kandungan. Aliran darah dari ibu dan janin dapat terganggu, sehingga bayi kesulitan untuk mendapatkan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangannya. Selain itu, preeklampsia juga dapat memengaruhi kesehatan organ hati, ginjal, paru-paru, mata dan otak ibu. Preeklampsia kemudian dapat berkembang menjadi eklampsia.

Eklampsia

Preeklampsia yang tidak cepat terdeteksi dapat berkembang menjadi eklampsia. Diperkirakan bahwa 1 dari 200 kasus preeklampsia yang tidak segera diobati dapat berkembang menjadi eklampsia. Preeklampsia yang semakin buruk dapat memengaruhi otak Anda dan menyebabkan kejang atau koma. Jika hal ini sudah terjadi, maka dikatakan bahwa preeklampsia sudah berkembang  menjadi eklampsia.
Eklampsia dapat berdampak serius dan berakibat fatal bagi ibu dan janin dalam kandungan. Preeklampsia dan eklampsia dapat menyebabkan terganggunya fungsi plasenta, yang kemudian dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, masalah kesehatan pada bayi, bahkan bayi lahir mati (dalam kasus yang jarang).

Apa yang harus saya lakukan untuk mencegah hipertensi gestasional, preeklampsia, dan eklampsia?

Untuk melakukan pencegahan, Anda perlu mengetahui apakah Anda mempunyai faktor risiko untuk mengembangkan hipertensi gestasional dan preeklampsia. Jika Anda sudah mengetahuinya, maka Anda bisa mengambil langkah untuk mengatasi faktor risiko tersebut.
Jika Anda memiliki hipertensi dan sedang merencanakan kehamilan, sebaiknya periksakan selalu kondisi Anda ke dokter. Ketahui, apakah hipertensi Anda terkontrol atau sudah memengaruhi kesehatan Anda? Begitu juga, jika Anda memiliki diabetes sebelum hamil, pastikan kondisi diabetes Anda sudah terkontrol sebelum Anda hamil. Kuncinya adalah selalu periksakan kondisi Anda sebelum dan selama kehamilan.
Jika Anda mempunyai kelebihan berat badan sebelum hamil, ada baiknya Anda melakukan penurunan berat badan sebelum hamil agar kondisi kehamilan Anda lebih sehat.
Jika Anda mulai mengalami gejala preeklampsia di tengah usia kehamilan, Anda harus menjaga tekanan darah Anda agar tetap stabil. Mungkin dokter akan memberikan Anda obat untuk membantu menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah kejang, agar preeklampsia Anda tidak berkembang menjadi eklampsia.
Jika preeklampsia terjadi selama kehamilan, mungkin dokter akan mempertimbangkan untuk melahirkan bayi Anda segera ketika perkembangan bayi sudah cukup siap untuk lahir. Terkadang, bayi harus dilahirkan secara prematur untuk melindungi kesehatan ibu dan bayi.



Disusun Oleh Lilis Suryani



Terimakasih Kepada Dosen Pengampu Zaidir, ST., MCs.

Cara Menurunkan Panas pada Bayi di Rumah

Cara Menurunkan Panas pada Bayi di Rumah

Panas pada bayi di rumah kerap membuat orang tua kelimpungan, apalagi bagi para orangtua baru. Meski demam yang dialami Si Kecil belum tentu menandakan kondisi serius, namun penting bagi orangtua untuk mengetahui cara menurunkan panas pada bayi yang tepat.
Tidak jarang, orangtua merasa panik atau khawatir ketika bayi mengalami demam atau panas. Terlebih jika kondisi ini dialami saat malam hari. Meski demikian, orang tua tetap disarankan untuk tenang, agar dapat memberi penanganan dan perhatian yang dibutuhkan bayi saat demam dengan baik.

https://www.alodokter.com/wp-content/uploads/2018/03/cara-menurunkan-panas-pada-bayi-di-rumah-alodokter.jpg

 

Langkah Sederhana yang Bisa Dilakukan

Langkah pertama cara menurunkan panas pada bayi yaitu melakukan pengukuran suhu tubuh yang akurat. Bayi mengalami demam saat suhu tubuhnya mencapai 37.50 C atau lebih. Kondisi ini dapat terjadi karena berbagai macam hal. Mulai dari infeksi bakteri atau virus, demam pasca imunisasi, terlalu lama beraktivitas di luar ruangan dengan cuaca yang panas, hingga penggunaan baju yang terlalu tebal.
Terjadinya demam atau panas karena hal-hal tersebut sebenarnya normal dan tak perlu ditakutkan. Sebab, demam dan panas yang dialami si kecil merupakan reaksi dari sistem kekebalan tubuh yang baik.
Cara menurunkan panas pada bayi yang bisa dilakukan di rumah, antara lain:
  • Kompres
Saat tidur, kompres bagian dahi dengan lap basah sebagai cara menurunkan panas pada bayi, bisa juga diletakkan pada area lipat ketiak dan sekitar lipat paha.
  • Lap atau mandi air hangat
Gunakan lap atau mandikan Si Kecil menggunakan air hangat atau suam-suam kuku. Hindari mandi menggunakan air dingin karena hal ini dapat membuat suhu tubuhnya mengalami kenaikan.
  • Berikan minum yang cukup
Cara menurunkan panas pada bayi yang penting adalah memastikan tubuh Si Kecil terhidrasi dengan baik dengan memberikan asupan cairan yang cukup, seperti ASI ataupun susu formula. Pastikan pula bahwa asupan nutrisinya juga mencukupi.
  • Menggunakan pakaian tipis
Jika Si Kecil menggunakan pakaian yang berlapis atau tebal, lepaskan. Biarkan dia menggunakan satu lapis pakaian saja dan pastikan bahwa pakaian tersebut nyaman dikenakan. Jika Si Kecil kedinginan, pakaikan selimut.
  • Jaga suhu kamar tetap sejuk
Usahakan untuk menjaga suhu ruang tidur Si Kecil tetap sejuk. Jika suhu kamarnya panas, Anda bisa menggunakan penyejuk udara atau kipas angin, namun jangan terlalu kencang dan jangan diarahkan langsung ke bayi Anda.

Kondisi Demam yang Harus Diwaspadai

Beberapa kondisi panas pada bayi memerlukan penanganan segera oleh dokter. Kondisi-kondisi tersebut meliputi:
  • Bayi 3 bulan yang mengalami demam dengan panas mencapai 380 C atau lebih.
  • Bayi 3-6 bulan yang mengalami demam dengan suhu tubuh mencapai 390 C atau lebih.
  • Demam yang tak kunjung membaik dan berlangsung lebih dari 5 hari.
  • Muntah dan diare.
  • Demam yang menyebabkan dehidrasi pada bayi. Ditandai dengan mulut kering, popok kering, dan menangis tanpa air mata.
  • Munculnya ruam merah.
  • Menangis tanpa henti di luar kebiasaannya.
  • Mengalami kejang.
Jika cara menurunkan panas pada bayi di rumah tidak berhasil, sebaiknya segera konsultasi ke dokter anak. Dokter akan meresepkan obat penurun panas yang sesuai untuk kondisi bayi Anda, seperti paracetamol atau ibuprofen. Pastikan pemberian obat penurun panas pada bayi sesuai dengan resep dan aturan yang disarankan dokter, untuk mencegah efek samping yang mungkin berbahaya. Pada kondisi yang lebih berat, bayi mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapat penanganan yang intensif



Disusun Oleh Lilis Suryani


Terimakasih Kepda Dosen Pengampu Zaidir,ST, MCs.

gejala hipotermi

 Hipotermia

Hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh menurun drastis hingga di bawah 35oC. Ketika suhu tubuh berada jauh di bawah normal (37oC), fungsi sistem saraf dan organ tubuh lainnya akan mengalami gangguan. Jika tidak segera ditangani, hipotermia dapat menyebabkan gagal jantung, gangguan sistem pernapasan, dan bahkan kematian.

alodokter-hipotermia



Penyebab Hipotermia

Hipotermia terjadi ketika panas yang dihasilkan tubuh tidak sebanyak panas yang hilang. Sejumlah kondisi yang berpotensi membuat panas tubuh banyak hilang dan menyebabkan hipotermia, yaitu:
  • Terlalu lama berada di tempat dingin.
  • Mengenakan pakaian yang kurang tebal saat cuaca dingin.
  • Terlalu lama mengenakan pakaian basah.
  • Terlalu lama di dalam air, misalnya akibat kecelakaan kapal.
Hipotermia dapat dialami oleh siapa saja. Namun, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami hipotermia, yaitu:
  • Usia. Hipotermia rentan dialami oleh bayi dan lansia.
  • Kelelahan.
  • Gangguan mental, misalnya demensia.
  • Konsumsi alkohol dan NAPZA.
  • Konsumsi obat-obatan untuk depresi dan obat penenang.
  • Hipotiroidisme, radang sendi, stroke, diabetes, dan penyakit Parkinson.

Gejala Hipotermia

Gejala hipotermia bervariasi, tergantung kepada tingkat keparahannya. Berikut ini merupakan gejala hipotermia dari yang ringan hingga berat:
  • Kulit pucat dan terasa dingin ketika disentuh
  • Mati rasa
  • Menggigil
  • Respons menurun
  • Gangguan bicara
  • Kaku dan sulit bergerak
  • Penurunan kesadaran
  • Sesak napas hingga napas melambat
  • Jantung berdebar hingga denyut jantung melambat
Pada bayi, hipotermia ditandai dengan kulit yang terasa dingin dan terlihat kemerahan. Bayi juga terlihat diam, lemas, dan tidak mau menyusu atau makan.

Pengobatan Hipotermia

Hipotermia merupakan kondisi darurat yang harus segera mendapatkan penanganan. Tindakan awal yang perlu dilakukan ketika bertemu dengan orang yang memiliki gejala hipotermia adalah mencari ada tidaknya denyut nadi dan pernapasan. Jika denyut nadi dan pernapasan sudah berhenti, maka lakukanlah tindakan resusitasi jantung paru (CPR) dan cari bantuan medis.
Bila orang tersebut masih bernapas dan denyut nadinya masih ada, lakukanlah tindakan berikut ini untuk membuat suhu tubuhnya kembali normal:
  • Pindahkan dia ke tempat yang lebih kering dan hangat. Pindahkan secara hati-hati karena gerakan yang berlebihan dapat memicu denyut jantungnya berhenti.
  • Jika pakaian yang dikenakannya basah, maka gantilah dengan pakaian yang kering.
  • Tutupi tubuhnya dengan selimut atau mantel tebal agar hangat.
  • Jika dia sadar dan mampu menelan, berikan minuman hangat dan manis.
  • Berikan kompres hangat dan kering untuk membantu menghangatkan tubuhnya. Letakkan kompres di leher, dada, dan selangkangan. Hindari meletakkan kompres di lengan atau tungkai karena malah menyebabkan darah yang dingin mengalir kembali ke jantung, paru-paru, dan otak.
  • Hindari penggunaan air panas, bantal pemanas, atau lampu pemanas untuk menghangatkan penderita hipotermia. Panas yang belebihan dapat merusak kulit dan menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur.
  • Temani dan pantau terus kondisi orang tersebut, hingga bantuan medis tiba.
Setelah tiba di rumah sakit, penderita hipotermia akan menerima serangkaian tindakan medis, berupa:
  • Pemberian oksigen yang telah dilembapkan melalui masker atau selang hidung, untuk menghangatkan saluran pernapasan dan membantu meningkatkan suhu tubuh.
  • Pemberian cairan infus yang telah dihangatkan.
  • Penyedotan dan penghangatan darah, untuk kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh. Proses ini menggunakan mesin cuci darah.
  • Pemberian cairan steril yang telah dihangatkan. Cairan steril ini dimasukkan ke dalam rongga perut menggunakan selang khusus.

Komplikasi Hipotermia

Penanganan perlu segera dilakukan terhadap kondisi hipotermia untuk mencegah terjadinya komplikasi, bahkan kematian. Komplikasi yang dapat muncul adalah:
  • Frostbite, yaitu cedera pada kulit dan jaringan di bawahnya karena membeku.
  • Chilblains, yaitu peradangan pembuluh darah kecil dan saraf pada kulit.
  • Trench foot, yaitu rusaknya pembuluh darah dan saraf pada kaki akibat terlalu lama terendam air.
  • Gangrene atau kerusakan jaringan.

Pencegahan Hipotermia

Ada beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah hipotermia, yaitu:
  • Jagalah tubuh agar tetap kering. Hindari mengenakan pakaian basah dalam jangka waktu lama karena dapat menyerap panas tubuh.
  • Gunakan pakaian sesuai dengan kondisi cuaca dan kegiatan yang akan dilakukan, terutama ketika akan mendaki gunung atau berkemah di tempat yang dingin. Kenakan jaket atau pakaian tebal agar suhu tubuh tetap terjaga.
  • Gunakan topi, syal, sarung tangan, kaus kaki, dan sepatu bot ketika akan beraktivitas di luar rumah.
  • Lakukan gerakan sederhana untuk menghangatkan tubuh.
  • Hindari minuman yang mengandung alkohol atau kafein. Konsumsilah minuman dan makanan hangat.
Sedangkan untuk mencegah hipotermia pada bayi dan anak-anak, cara yang dapat dilakukan adalah:
  • Jaga suhu kamar agar selalu hangat.
  • Pakaikan jaket atau pakaian yang tebal, ketika anak akan beraktivitas di luar rumah saat suhu udara dingin.
  • Segera bawa ke ruangan yang hangat, jika mereka tampak mulai menggigil.


Disusun Oleh Lilis Suryani



Terimakasih Kepada Dosen pengampu Zaidir, ST., MCs.

Minggu, 21 Juli 2019

Prosedur Memandikan bayi



Langkah-langkah Memandikan Bayi yang Baru Lahir

Memandikan bayi yang baru lahir adalah pengalaman berharga bagi kedua orangtua bayi. Pengalaman tersebut bisa mendekatkan Anda dengan si buah hati. Akan tetapi, bayi yang baru lahir masih sangat rentan dan peka. Maka, wajar saja jika Anda merasa gugup kalau harus memandikan bayi Anda. Apalagi jika ini pertama kalinya Anda harus memandikan bayi yang baru lahir. Tak perlu khawatir, dengan mengikuti panduan berikut ini, memandikan bayi Anda akan jadi saat-saat yang indah dan begitu dinanti.  

Bayi baru lahir sebaiknya mandi seberapa sering?

Bayi yang baru lahir sebenarnya tidak perlu mandi terlalu sering. Yang penting selama Anda mengganti popok bayi, Anda juga ikut membersihkan tubuhnya. Jika mandi terlalu sering, kulit bayi bisa jadi kering. Biasanya memandikan bayi yang baru lahir tiga sampai empat kali seminggu atau dua hari sekali sudah cukup.
Akan tetapi, Anda bisa menyesuaikan sendiri dengan kondisi buah hati. Karena Indonesia adalah negara tropis yang suhunya cukup tinggi dan lembap, Anda mungkin ingin memandikan bayi setiap hari. Ada juga orangtua yang memandikan bayi yang baru lahir dua kali sehari.  

Kapan waktu terbaik untuk memandikan bayi yang baru lahir?

Hindari memandikan bayi setelah minum ASI. Mandi setelah perutnya terisi bisa membuat bayi Anda merasa tidak nyaman. Selain itu, jika ia merasa perutnya tertekan, buah hati Anda bisa sampai muntah. Sebaiknya pilih waktu yang senggang bagi Anda sendiri. Dengan begitu, Anda bisa fokus pada si buah hati dan tidak akan terburu-buru.
Anda bisa memandikan bayi di pagi hari ketika suasana hati bayi Anda sedang baik dan ia tidak begitu mengantuk. Memandikan bayi di sore hari juga tidak jadi masalah. Yang penting Anda menjaga supaya ia tidak kedinginan.

Memandikan bayi baru lahir yang tali pusarnya belum lepas

Kebanyakan bayi berusia di bawah dua atau tiga minggu tali pusarnya belum lepas. Hati-hati karena biasanya tali pusar bayi masih agak basah dan sebaiknya tidak kena air. Untuk itu, Anda bisa memandikannya dengan cara menyeka tubuhnya dengan waslap atau kain lembut. Perhatikan langkahnya berikut ini.
  • Alasi meja atau permukaan yang datar seperti lantai dengan alas empuk yang tahan air atau handuk lembut. Anda juga bisa melakukannya di meja untuk mengganti popok bayi
  • Baringkan bayi pada punggungnya, tahan bagian belakang kepala dan lehernya dengan salah satu tangan Anda
  • Usap tubuh, kepala, dan wajah bayi Anda pelan-pelan dengan waslap yang sudah dibasahi dengan air yang cukup hangat
  • Setelah tubuhnya basah, usap lagi dengan waslap dengan sabun yang sangat lembut dan aman untuk bayi yang baru lahir
  • Untuk membersihkan kedua kelopak matanya, siapkan dua lembar kapas lembut yang tidak banyak seratnya. Mulailah dari bagian mata yang dekat dengan hidung dan usap ke arah luar. Ulangi pada kelopak mata satunya dengan kapas yang baru
  • Pastikan Anda juga menyeka lekukan-lekukan tubuhnya seperti ketiak, leher, belakang telinga, dan lutut bagian belakang
  • Akhiri dengan membersihkan bagian alat kelamin dan pantat bayi, mulai dari depan ke belakang
  • Angkat bayi dengan kedua tangan Anda dan bungkus dengan handuk kering
  • Sebelum memakai popok atau baju, peluk dan timang-timang si buah hati karena hal ini bisa memberikan rangsangan bagi indra perabanya sekaligus membangun ikatan yang kuat antara Anda dan bayi

Memandikan bayi yang tali pusarnya sudah lepas

Setelah tali pusar bayi Anda lepas dan bekas lukanya mengering, Anda bisa mulai memandikan bayi di dalam bak mandi bayi. Caranya pun cukup sederhana. Simak langkah-langkahnya di bawah ini.
  • Siapkan bak mandi bayi dengan air hangat (dengan suhu kira-kira 37 derajat Celsius) setinggi 5 sentimeter
  • Dengan kedua tangan Anda, pindahkan bayi ke dalam bak mandinya dengan posisi berbaring agak tegak
  • Tahan bagian belakang kepala dan lehernya dengan tangan Anda yang tidak dominan
  • Mulailah dengan menyeka lembut wajah bayi dengan waslap, diikuti dengan kepala dan sekujur tubuhnya
  • Tuang sabun mandi yang aman untuk bayi baru lahir di waslap
  • Usap lagi wajah dan seluruh badan bayi, jangan lupa untuk membersihkan setiap lekukan dan lipatan tubuhnya (tak perlu sampai ke dalam telinga atau hidung)
  • Bersihkan kedua kelopak mata bayi dengan kain lembut atau kapas yang tidak banyak seratnya
  • Akhiri dengan membersihkan area kelamin dan pantat bayi, mulai dari depan ke belakang
  • Untuk menstimulasi indra perabanya, biarkan si buah hati menikmati waktu mandinya dan tuangkan air hangat ke perut atau bahunya pelan-pelan
  • Angkat bayi dengan kedua tangan Anda dan bungkus dengan handuk yang kering
  • Peluk dan timang-timang bayi setelah mandi untuk menjalin ikatan dan kasih sayang antara ibu dan anak


Disusun Oleh Lilis Suryani

Terimakasih Kepada Dosen Pengampu Zaidir, ST., MCs.

Pemeriksaan Hemoglobin Metode Sahli


Pemeriksaan Hemoglobin Metode Sahli


Tujuan :
Untuk menghitung kadar hemoglobin dalam darah

Prinsip Kerja :
Membandingkan warna asam hematin coklat yang telah di rubah dari hemoglobin dengan asam klorida 0,1N dengan cara membandingkan pada alat standart hemoglobinometer.

Alat :
Pipet HB sahli
Hemoglbinometer
Batang pengaduk
Tabung pengencer hemometer

Bahan pemeriksaan :
Darah yang telah di beri antikoagulan / EDTA

Reagen :

Aquadest
Asam klorida 0,1N

Cara Kerja :
  • masukkan kurang lebih setes asam klorida / HCl 0,1N ke dalam tabung pengencer hemometer sampai tanda 2
  • hisaplah darah yang telah diberi EDTA samapi garis 0,5 tepat
  • hapuslah kelebihan darah yang masih menempel pada bagian luar pipet dengan tissue
  • masukkan darah ke dalam pipet dasar tabung (hati - hati jangan sampai terjadi gelembung udara)
  • bilas isi pipet dengan larutan HCl 0,1N yang ada dalam tabung tersebut
  • lalu campurkan isi tabung tadi supaya darah dan HCl bersenyawa
  • lalu tambahkan tetes demi tetes aquadest sambil di aduk dengan batang pengaduk hingga warna sama dengan dengan warna standart pada alat hemoglobinometer
  • kemudian baca kadar hemoglobin yang tertera pada tabung pengencer tersebut
  
Harga Normal :
  • laki - laki dewasa : 13,0 - 16,5 g/dL
  • wanita dewasa : 11,5 - 16,5 g/dL
  • wanita hamil : 11,0 - 16,5 g/dL
  • balita : 122,0 -14,0 g/dL
  • bayi : 13,5 - 19,5 g/dL


Disusun  Oleh Lilis Suryani 



Terimakasih Kepada Dosen Pengampu Zaidir, ST., MCs.

Pemeriksaan Ini Wajib Dilakukan Saat Hamil Agar Ibu dan Bayi Aman

Pemeriksaan Ini Wajib Dilakukan Saat Hamil Agar Ibu dan Bayi Aman

 ilustrasi (Foto: Thinkstock)

Setelah mengetahui bahwa sedang berbadan dua, mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat wajib dilakukan. Tak hanya itu, untuk memantau kondisi kesehatan diri sendiri dan bayi dalam kandungan, pemeriksaan kesehatan lain juga perlu dilakukan.

Pemeriksaan tersebut diperlukan agar ibu hamil dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya. Melalui hasil pemeriksaan, dokter dapat segera menyarankan hal apa saja yang perlu dilakukan oleh ibu apabila ditemukan adanya kelainan dan gangguan. Apa saja pemeriksaan tersebut?

"Pemeriksaan profil darah, golongan darah/RH, HbsAg, gula darah, urine lengkap, IgM dan TORCH. Pemeriksaan HB misalnya, dilakukan untuk mengecek tingkat HB-nya harus diatas 10. Kalau dibawah 10 bisa jelek perkembangan janinnya dan dapat menimbulkan risiko perdarahan pada ibunya saat persalinan," kata dr Frizar Irmansyah, SpOG, dokter kandungan dari RS Pusat Pertamina seperti ditulis pada Rabu (3/4/2013).

Dr Frizar menyarankan bahwa pemeriksaan tersebut sebaiknya dilakukan pada 3 trimester kehamilan, tergantung usia kandungan ibunya. Adapun pemeriksaan yang umum dilakukan ibu hamil adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu hamil secara umum. Caranya adalah dengan pemeriksaan AFP (alpha fetoprotein) pada usia kehamilan antara 15 - 20 minggu. Kadar AFP dipantau untuk memastikan apakah saluran saraf tulang belakang janin mengalami gangguan atau tidak.

2. Pemeriksaan Urine dan Gula Darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa fungsi ginjal ibu hamil, sekaligus memeriksa kadar gula darah. Jika ditemukan adanya kandungan protein, maka kemungkinan besar ibu hamil akan mengalami preeklampsia yang berbahaya. Pemeriksaan kadar gula darah juga penting untuk mencegah diabetes pada ibu.

3. Pemeriksaan Berat Badan
Berat badan ibu hamil dipantau untuk mengetahui apakah pertambahan berat badannya tergolong normal atau tidak. Pertambahan berat badan yang tak normal bisa dipengaruhi oleh perkembangan janin yang terhambat atau gangguan lain.

4. Pemeriksaan Perut
Dilakukan untuk melihat posisi rahim, mengukur pertumbuhan janin dan mengetahui posisi janin. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara rutin oleh dokter kandungan atau bidan.

5. Pemeriksaan Tinggi Badan
Pada saat memeriksa tinggi badan, ukuran panggul ibu akan diukur sehingga dapat diperkirakan apakah ibu dapat menjalani persalinan normal atau harus melakukan caesar. Jika tinggi badannya tergolong pendek, maka ukuran panggul juga cenderung sempit sehingga tidak memungkinkan persalinan normal.

6. Pemeriksaan Dalam
Dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat tumor, kondisi abnormal di dalam rongga panggul, mendiagnosis adanya bisul atau erosi pada mulut rahim, papsmear, mengetahui ada tidaknya penyakit kehamilan, letak janin dan ukuran rongga panggul sebagai jalan lahir bayi. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan di awal kehamilan.

7. Pemeriksaan Kaki
Dilakukan untuk mengetahui adanya pembengkakan dan kemungkinan varises. Pembengkakan yang terjadi di minggu-minggu akhir kehamilan adalah normal, namun pembengkakan yang berlebihan menandakan preeklampsia,

8. Pemeriksaan Detak Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah janin dalam berada dalam kondisi sehat dan baik. Permeriksaan detak jantung biasanya menggunakan Teknik Doopler sehingga ibu hamil dapat mendengarkan detak janin yang dikandungnya.

9. Uji TORCH (Toksoplasma Rubella Cytomegalovirus Herpesimpleks)
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi parasit TORCH di dalam tubuh ibu hamil. Infeksi TORCH dapat menyebabkan bayi terlahir dengan kondisi cacat bahkan mengalami kematian. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menganalisis kadar imunogloblin G (IgG) dan imunoglobin M (IgM) dalam serum darah ibu hamil yang berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh.

Banyak sedikitnya IgG dan IgM dalam serum darah mengindikasikan ada tidaknya infeksi serta besar kecilnya infeksi. Jika hasil IgG negatif, berarti infeksi terjadi pada masa lalu dan kini sudah tidak aktif lagi. Jika hasil IgM positif, berarti infeksi masih berlangsung aktif dan ibu hamil memerlukan pengobatan agar janin dalam kandungan yang terinfeksi dapat segera ditangani sehingga infeksi tidak semakin buruk


Disusun Oleh Lilis Suryani


Terimakasih Kepada Dosen Pengampu Zaidir, ST., MCs.