MAKALAH
FARMAKOLOGI
“TENTANG INTERAKSI OBAT, PRINSIP BIOFARMASETIKA, PRINSIP
FARMAKOKINETIK DAN PRINSIP FARMAKODINAIK”
Disusun oleh :
Lilis
Suryani 17150044
D3 KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2018-2019
KATA
PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas berkat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Farmakologi ini tepat pada waktunya.
Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
demi panyempurnaan makalah ini supaya makalah inibisa menjadi lebih baik.
Yogyakarta, 05 Juli 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ………………………………………………………………...............
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………..
A. Latar
Belakang …………………………………………………………………...
B. Rumusan
Masalah ………………………………………………………………..
C. Tujuan
…………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN .…………………………………………………………..
A. PENGERTIAN
INTERAKSI OBAT …………………………………………...
B. KEJADIAN
INTERAKSI OBAT………………………………………………
C. MEKANISME
INTERKSI OBAT……………………………………………
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………
A. Kesimpulan
…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belakangan
ini pemakaian obat yang tidak rasional menjadi masalah yang serius dalam
pelayanam kesehatan karena mungkin dampak negative yang terjadi. Pada berbagai
tingkat pelayana kesehatan, berbagai studi dan temuan telah menunjukan bahwa
pemakaian obat jauh dari keadaan optimal dan rasional. konsumsi bebagai jenis
obat untuk terapi kesehatan pada seorang pasien yang sedang menderita suatu
penyakit adalah hal yang biasa dilakukan masyarakat saat ini. Obat-obatan yang
di konsumsu memiliki banyak fariasi baik paten maupun generic. Akan tetapi,
sangat sedikit yang menyadari bahwa menkonsumsi obat-obatan secara bersamaan
kadang dapat membawa dampak buruk terhadap tubuh pasien tersebut.
Interaksi obat dan efek samping obat
perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Ammerika menunjukan bahwa setiap
tahun hampir 100.000 0rang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah
sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian
karena interaksi atau efek samping obat. Pasien yang di rawat di rumah sakit
sering mendapat obat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai
subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi
obat terutama yang di pengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.
B. Rumusan
masalah
1. Apa
pengertian interaksi obat?
2. Bagaimana
kejadian interaksi obat?
3. Apa
saja mekanisme interaksi obat?
C. Tujuan
penulisan
Agar mahasiswa dapat mengetahuai dan
memahami pentingnya interaksi obat dan mekanisme terjadinya interaksi obat, dan
mekanisme yang terlibat dalam interaksi Biofarmatika, farmakokinetik dan
farmakodinamik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
INTERAKSI OBAT
Interaksi obat adalah perubahab efek
suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan,
obat tradisional dan senyawaa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat
terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.
Interaksi obat dan efek samping obat
perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Ammerika menunjukan bahwa setiap
tahun hampir 100.000 0rang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah
sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian
karena interaksi atau efek samping obat. Pasien yang di rawat di rumah sakit
sering mendapat obat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai
subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi
obat terutama yang di pengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.
Interaksi obat secara klinis penting
bila berakibat peningkatan toksisitas atau pengurangan efektivitas obat. Jadi
perlu di perhatikan terutana bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang
sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan
dan obat_obat sitistatik. Selain itu juga perlu di perhatikan obat-obat yang
bisa di gunakan bersama-sama.
B. KEJADIAN
INTERAKSI OBAT
1. Dokumentasi
yang sangat kurang
2. Sering
kali lolos dari pengamatan, karena kurangnya pengetahuan akan mekanisme dan
kemungkinan terjadi interaksi obat, hal ini mengakibatkan interaksi obat berupa
peningkatan toksisitas di anggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap satu
obat, sedangkan interaksi berupa penurunan efektivitas di anggap di akibatkan
bertambah parahnya penyakit pasien.
3. Kejadian
dan keparahan interaksi obat di pengaruhi oleh variasi individual, dimana
popukasi tertentu lebih peka misalnya pasiriatric atau penyakit parah, dan bisa
juga karena perbedaan kapasitas metabolisme antar individu. Selain itu faktor
penyakit tertentu terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah dan
factor-faktor lain (dosis besar, obat di telan besama-sama, pemberian kronik).
C. MEKANISME
INTERKSI OBAT
Interaksi diklasifikasokan berdasarkan
keterlibatan dalam proses farmakokinetik maupun farmakodinamik. Interaksi
farnakokinetik di tandai dengan perubahan kadar plasma obat, area di bawah
kurva (AUC), onsetaksi, waktu paro dsb. Interaksi farmakokinetik di akibatkan
oleh perubahan laju atau tingkat absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi. Interaksi farmakodinamik biasanya dihubungkan dengan kemampuan suatu
obat untuk mengubah efek obat lain tanpa mengubah sifat-sifat farmakokinetiknya.
Interksi fararmakodinamik meliputi aditif (efek obat A = 1, efek obat B = 1,
efek kombinasi keduanya = 2), potensiasi
(efek A = 0, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 2), sinergime (efek A =1, efek B
= 1, efek kombinasi A+B = 3) dan antagonisme (efek A = 1, efek B = 1, efek
kombinasi A+B = 0). Mekanisme yang terlibat dalam interaksi farmakodinamik
adalah perubahan efek pada jaringan atau reseptor.
Prinsip- prinsip
Biofarmasetika, farmakokinetik dan farmakodinamik:
1. Pinsip
Biofarmatika
Biofarmatika
merupakan ilmu yang mempelajari tentang factor-farktor yang berpengaruh
terhadap yang berpengaruh terhadap biovailabilitas (ketersediaan hayati) pada
hewan dan manusia pemanfaatannya untuk menghasilkan respon terapi yang optimal.
Factor-faktor
yang berpengaruh terhadap biofarmatika yaitu sifat fisiko kimia, ada 4 sifat
fisiko kimia obat yang berpengaruh terhadap biofarmatika yaitu:
a. Koefisien
partisi adalah perbandingan kadar obat dalam lipid dan kadar obat dalam air
setelah terjadi keseimbangan atau bisa juga sebagai kelarutan obat dalam lopid
dan kadar obat dalam air setelah terjadi keseimbangan atau bisa juga sebagai
kelarutan obat dalam lipid di bagi kelarutan obat di dalam air. Dalam term ini
ada dua masalah yaitu kelarutan obat dalam air dan kelarutan obat dalam lipid,
sehingga koefisien partisi berpengaruh pada proses disolusi maupun permeasi. Umumnya
obat semakin besar koefisien partisi semakin sulit larut dalam air sehingga
permeasi menjadi lambat. Maka absorbs obat akan baik jika koefisien partisi
optimal, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Jika terlalu kecil maka
permeasi akan menjadi rate limiting
step-nya, sedangkan jika rlalu besar maka dissolusi akan menjadi rate
liiting step-nya. Untuk koefisien partisi yang terlalu besar bisa dilihat harga
kecepatan disolusi intisiknya, jika lebih dari 0,1 mg cm-2 menit-1,
maka artinya disolusi tidak bermasalah, ini menguntungkan karena obat berat
tidak bemasalah, maka obat tadi bisa di buat bentuk prodrug, suatu senyawa
tidak aktif, tetapi jika di metabolisme akan menghasilkan senyawa yang aktif,
misalnya bekampisilin (prodrug untuk ampisilin) dan fenazetin (calon
paracetamol).
b. Konstatnta
disosiasi (ka) besaran ini menunjukan kemampuan suatu asam lemah untuk
terdisosiasi dalam air. Semakin besar maka semakin mudah asam lemah ini
terdisosiasi. Bersama-sama dengan pH medium maka pKa (yaitu nilai –log Ka) akan
menentikan fraksi obat dalam bentuk ion sesuai dengan persamaan bentuk molekul,
sesuai dengan persamaan Henderson-hasselbalch. Untuk obat asam maka semakin
besar pKa semakin mudah diabsorbsi, sebalinya untuk obat basa, pada pH mediaum
yang sama. Persamaan Henderson-Hasselbalch melahirkan suatu teori suatu teori
yang di sebut pH-partition hypothesys.
pH = pKa+log fi – log fu, untuk asam
PH = pKa +log fu
– log fi, untuk basa
c. Ukuran
molekul dan bentuk molekul. Sesuai dengan persamaan Stokes-einstein, ukuran
molekul berpengaru pada harga koefisien difusi, D, pada proses disolusi (D pada
persamaan noyhes-Whitney) maupun pada proses permeasi Dm pada persamaan ficks I). pada proses transport
konveksi, moleku-molekul beukuran kecil dapat menembus pori gastrointestinal
seperti urea, methanol, dan formamid.
d. Stabilitas
obat, kalau 3 sifat di atas berpengaruh terhadap Cd dengan mempengaruhi
disolusi maka stabilitas obat berpengaruh terhadap Cd dengan mempengaruhi
seberapa cepat obat hilang dari kompartemen donot, bukan karna diabsorbsi
tetapi karena di rusak. Beberapa obat tidak bisa di pakai secara oral karena di
rusak oleh ph maupun enzim-enzim dalam gas gastrointestinal misalnya penisilin,
yang beta laktamnya mudah terhidrosi dalam suasana asam maupun basa. Stabilitas
obat dapat di gunakan untuk memprediksi besarnya F (bioavailabilitas relative
terhadap intra vena), dengan asumsi permeasi berjalan sempurna. Misalnya suatu
obat mempunyai harga k/ka=2. K adalah konstanta kecepatan degradasi, ka adalah
konstanta kecepatan absorbs P2 si, P1 adalah jumlah obat terabsorbsi.
2. Prinsip
farmakokinetik
Farmakokinetik
menjelaskan tentang apa yang terjadi dengan suatu zat di dalam organisme,
misalnya bagaimana perjalan obat dalam tubuh. Farmakokinetik mengamati
jenis-jenis proses seperti absorbs, distribusi biotranspormation (metabolisme)
dan exresion. Perubahan konsentrasi obat yang terjadi dalam organisme khususnya
dalam plasma di buat grafik terhadap waktu. (Essential of medical pharmacology.
5 thedition:2003). Farmakokinetika merupakan aspek farmakologi yang mencakup
nasib obat di dalam tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolosme dan
ekskresinya (ADME). Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara
pemberian umumnya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai
di tempat kerja dan menibulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa
biotransformasi, obat di ekskresi dari dalam tubuh. Seluruh proses ini di sebut
dengan proses farmakokinetika dan berjalan serentak.
a. Absorbsi
adalah proses masuknya obat dari tempat obat ke dalam sirkulasi sistemik
(pembuluh darah). Kecepatan absorbsi obat tergantung pada:
·
kelarutan, obat harus
dapat melarut atau obat sudah dalam bentuk terlarut. Sehingga dari kecepatan
melarut mempengaruhi kecepatan absori.
·
pH obat yang bersifat
asam lemah akan mudah menembus membran sel pada suasana asam. Jika PH obat
berubah (di tambah buffer) maka absorbsi akan melambat.
·
Sirkulai darah, pemberian obat melalui
sublingual akan lebih cepat doabsorbsi di banding subkutan, karena umumnya
sirkulasi darah di subkutan lebih sedikit (jelek) di bandingkan di sublingual.
·
Tempat absorbsi, obat
dapat di absorbsi misalnya di kulit,
membran mukosa, dan usus halus. Obat yang oral, absorbsi terjadi di usus halus
karena luas permukaan jika ibarat inhalasi, diabsorbs sangat cepat karena epithelium
paru-paru juga sangat luas.
Absorbsi melalui saliran cerna, pemberian peroral
merupakan cara yang pling lazim karena merupakan cara yang paling mudah,
ekonomis dan aman namun memiliki kerugian yaitu obat dapat merangsang mukosa
lambung dan menimbulkan emasisis misalnya aminoilin. Selain itu, obat akan
membentuk kompleks dengan makanam sehingga sehingga sukar untuk di absorbsi dan
akan mengalami biotranpormasi sebelum memasuki ke berbagai organ. Umumnya obat
dalam bentuk non polar yang larut dalam lemak sangat cepat di absorbsi,
sedangkan obat yang bersifat polar tidak larut dalam lemak sepeti zat alumunium
kuaterner, lambat diabsorbsi. Obat yang tidak larut dalam air tidak di absorbs
melalui saluran cerna.
b. Disribusi,
setelah di absorbsi obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi
darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat jiga di tentukan
oleh sifat fisiko kimianya. Distribusi obat di bedakan atas 2 fase berdasarkan
penyebaran di dalam tubuh. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah
penyerapan, yaitu ke organ yang fungsinya sangat baik misalnya jantung, hati,
ginjal, dan otak. Selanjutnya, ditribusi fase ke dua jauh lebih luas yaitu
mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ di atas misalnya otot,
visera, kulit, dan jaringan lemak. Distribusi ini baru mencapai keseimbangan
setelah waktu yang lebih lama. Difusi ke ruang intertisial jaringan terjadi
karena cela antar sel endotelkapiler mampu melewatkan semua molekul obat bebas,
kecuali di otak. Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membrann sel
sehingga distribusinya terbatas terutama di cairan estrasel. Distribusi juga di
batasi oleh ikatan obat pada protein plasma hanya obat bebas yang dapat
didifusi dan mencapai keseimbangan. Derajat ikatan obat dengan protein plasma
di tentukan oleh afinitas obat terdapat protein, kadar obat, dan kadar proteinnya
sendiri. Pengikat obat oleh protein akan berkurang pada mal nutrisi berat
karena adanya defisiensi protein.
c. Biotransformasi
/ metabolisme obat ialah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi
dalam tubuh dan di katalis oleh enzim khusunya CYT 45. Pada proses ini molekul
obat di ubah menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan
kurang larut dalam lemak sehingga lebih nudah di ekskresi melalui ginjal.
Selain itu, pada umunya obat menjadi in aktif, sehingga biotransformasi sangat
berperan dalam mengakhiri kerja obat. Tetapi ada obat yang metabolitnya sama
aktif, lebih aktif, atau tidak toksik. Ada obat yang merupakan calon obat
(prodrug) justru di aktifkan oleh enzim biotransformasi ini. Metabolit aktif
akan mengalami biotrnaformasi lebih lanjut atau di ekskresi sehingga kerjanya
beakhir.
d. Ekskresi
obat di keluarkan melalui organ bebagai ekskresi dalam bentuk metabolit hasil
biotransformasi atau dalam bentuk asalnya.
3. Prinsip
Farmakodinamik
Farmakodinamik
merupakan ilmu yang mempelajari cara kerja obat, efek obat terhadat fungsi
berbagai organ dan pengaruh obat terhadap reaksi biokimia dan reaksi organ.
Singkatnya pengaruh organ terhadap sel hidup. Farmakodinamika mempelajari efek
obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme
kerjanya.
a. Mekanisme
kerja obat, efek obat umumny muncul karena interaksi obat dengan reseptor pada
sel suatu organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan
perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat
tersebut.
b. Reseptor
obat, struktur obat berhubungan dengan asifinitasnya terhadap reseptor dan
aktivitas intrinsiknya, sehingga perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya
perubahan stereoismer, dapat menimbulkan perubahan besar dalam sidat
farmakologinya
c. Transmisi
sinyal biologis, penghantar sinyal biologis ialah proses yang menyebabkan suatu
substansi ekstraseluler (extracellular chemical messenger) menimbulkam suatu
respons seluler fisiologos yang spesifik. Sistem hantaran ini di mulai dengan
pendudukan yang reseptor yang terdapat membran sel atau di dalam sitoplasma
oleh transmitor. Kebanyakan messenger ini bersifat polar. Contoh: transmitor
untuk reseptor yang terdapat dimembran sel ialah katekolamin, TRH, LH.
Sedangkan untuk reseptor yang terdapat dalam sitiplasma ialah steroid (adrenal
dan gondalan), tiroksin, vit D.
d. Interaksi
obat reseptor, ikatan antara obat dam reseptor misalnya ikatan substrat dengan
enzim, biasanya merupakan Ikatan lemah (ikatan ion, hydrogen, hidrofobik,van der Waals), dan
jarang berupa ikatan kovalen.
e. Antagonisme
farmakodinamika, secara farmakodinamika dapat di bedakan 2 jenis antagonisme,
yaitu antagonisme fisiologik dan antagonisme pada reseptor. Selain itu,
antagonisme pada reseptor dapat bersifat kompetitif dan nonkompetitif.
Antagonisme merupakan peristiwa pengurangan atau penghapusan efek suatu obat
oleh obat lain. Peristiwa ini termasuk interaksi obat. Obat yang menyebabkan
pengurangan efek disebut antagonis, sedang obat yang efeknya di kurangi atau di
tiadakan di sebut agonis. Secara umum obat yang efeknya di pengaruhi oleh obat
lain disebut oleh objek sedangkan obat yang mempengaruhi efek obat lain di
sebut obat presipitan.
f. Kerja
obat yang di perantarai reseptor, dalam menimbulkan efek obat tertentu tidak
berkaitan dengan reseptor. Obat-obat ini mungkin mengubah sifat cairan tubuh,
berinteraksi dengan ion atau molekul kecil, atau masuk ke komponen sel.
g. Efek
obat, yaitu perubahan fungsi struktur(organ)/proses/tingkah laku organisme
hidup akibat kerja obat. Efek obat pada umumnya terlihat sebagai perubahan
intensitas faal organ tertentu atau reaksi biokimianya. Karena efek obat adalah
hal yang dapat di observasi maka di golongkan sesuai efek dengan efeknya.
Misalnya, analgesi-antipiretik, hipnotik-sedatif, spasmolitik, hipogikemik,
obat hipertensi dan sebagainya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Interaksi
obat adalah perubahab efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi
obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawaa kimia lain.
Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan
bersama-sama.
Mekanisme
yang terlibat dalam interaksi obat yaitu: biofarmasetika, farmakokinetik dan
farmakodinamik.
DAFTAR
PUSTAKA
Banker
G.S. dan Rhodes C.T.,1995, Modern Pharmaceutics, edisi 3, Marcel Dekker, New
York
Harknes
Richard, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda B.Widianto. Interaksi
obat. Bandung: Penerbit ITB, 1989.
Katzung,G.1997.Bacic
and clinical pharmacology.Edisi 6.Jakarta:EGCs
sTripathiss,KD.2013.Essential
of medical pharmacology.5th
edition.New Delhi:Jaypee
Disusun Oleh Lili Suryani
Terimakasih Kepada Dosen Pengampu Zaidir, ST.,MCs.
Disusun Oleh Lili Suryani
Terimakasih Kepada Dosen Pengampu Zaidir, ST.,MCs.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar