Selasa, 16 Juli 2019

Makalah Tentang Iteraksi Obat, Prinsip Biofarmasetika, Prinsip Farmakokinetik, Prinsip Farmakodinaik



MAKALAH
FARMAKOLOGI
“TENTANG INTERAKSI OBAT, PRINSIP BIOFARMASETIKA, PRINSIP FARMAKOKINETIK DAN PRINSIP FARMAKODINAIK”




Disusun  oleh :

Lilis Suryani                            17150044






D3 KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2018-2019



KATA PENGANTAR


Puji Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Farmakologi ini tepat pada waktunya.
Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi panyempurnaan makalah ini supaya makalah inibisa menjadi lebih baik.







Yogyakarta, 05 Juli 2018

Penulis
    
    



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ………………………………………………………………...............

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………..
A.    Latar Belakang …………………………………………………………………...
B.     Rumusan Masalah ………………………………………………………………..
C.     Tujuan …………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN .…………………………………………………………..
A.    PENGERTIAN INTERAKSI OBAT …………………………………………...
B.     KEJADIAN INTERAKSI OBAT……………………………………………… 
C.     MEKANISME INTERKSI OBAT……………………………………………

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………
A.    Kesimpulan …………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………      

 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Belakangan ini pemakaian obat yang tidak rasional menjadi masalah yang serius dalam pelayanam kesehatan karena mungkin dampak negative yang terjadi. Pada berbagai tingkat pelayana kesehatan, berbagai studi dan temuan telah menunjukan bahwa pemakaian obat jauh dari keadaan optimal dan rasional. konsumsi bebagai jenis obat untuk terapi kesehatan pada seorang pasien yang sedang menderita suatu penyakit adalah hal yang biasa dilakukan masyarakat saat ini. Obat-obatan yang di konsumsu memiliki banyak fariasi baik paten maupun generic. Akan tetapi, sangat sedikit yang menyadari bahwa menkonsumsi obat-obatan secara bersamaan kadang dapat membawa dampak buruk terhadap tubuh pasien tersebut.
Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Ammerika menunjukan bahwa setiap tahun hampir 100.000 0rang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi atau efek samping obat. Pasien yang di rawat di rumah sakit sering mendapat obat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang di pengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian interaksi obat?
2.      Bagaimana kejadian interaksi obat?
3.      Apa saja mekanisme interaksi obat?
C.     Tujuan penulisan
Agar mahasiswa dapat mengetahuai dan memahami pentingnya interaksi obat dan mekanisme terjadinya interaksi obat, dan mekanisme yang terlibat dalam interaksi Biofarmatika, farmakokinetik dan farmakodinamik.     



BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN INTERAKSI OBAT
Interaksi obat adalah perubahab efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawaa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.
            Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Ammerika menunjukan bahwa setiap tahun hampir 100.000 0rang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi atau efek samping obat. Pasien yang di rawat di rumah sakit sering mendapat obat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang di pengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.
            Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu di perhatikan terutana bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat_obat sitistatik. Selain itu juga perlu di perhatikan obat-obat yang bisa di gunakan bersama-sama.

B.     KEJADIAN INTERAKSI OBAT 
1.      Dokumentasi yang sangat kurang
2.      Sering kali lolos dari pengamatan, karena kurangnya pengetahuan akan mekanisme dan kemungkinan terjadi interaksi obat, hal ini mengakibatkan interaksi obat berupa peningkatan toksisitas di anggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap satu obat, sedangkan interaksi berupa penurunan efektivitas di anggap di akibatkan bertambah parahnya penyakit pasien.
3.      Kejadian dan keparahan interaksi obat di pengaruhi oleh variasi individual, dimana popukasi tertentu lebih peka misalnya pasiriatric atau penyakit parah, dan bisa juga karena perbedaan kapasitas metabolisme antar individu. Selain itu faktor penyakit tertentu terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah dan factor-faktor lain (dosis besar, obat di telan besama-sama, pemberian kronik).

C.     MEKANISME INTERKSI OBAT
Interaksi diklasifikasokan berdasarkan keterlibatan dalam proses farmakokinetik maupun farmakodinamik. Interaksi farnakokinetik di tandai dengan perubahan kadar plasma obat, area di bawah kurva (AUC), onsetaksi, waktu paro dsb. Interaksi farmakokinetik di akibatkan oleh perubahan laju atau tingkat absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Interaksi farmakodinamik biasanya dihubungkan dengan kemampuan suatu obat untuk mengubah efek obat lain tanpa mengubah sifat-sifat farmakokinetiknya. Interksi fararmakodinamik meliputi aditif (efek obat A = 1, efek obat B = 1, efek kombinasi keduanya =  2), potensiasi (efek A = 0, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 2), sinergime (efek A =1, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 3) dan antagonisme (efek A = 1, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 0). Mekanisme yang terlibat dalam interaksi farmakodinamik adalah perubahan efek pada jaringan atau reseptor.
Prinsip- prinsip Biofarmasetika, farmakokinetik dan farmakodinamik:
1.      Pinsip Biofarmatika
Biofarmatika merupakan ilmu yang mempelajari tentang factor-farktor yang berpengaruh terhadap yang berpengaruh terhadap biovailabilitas (ketersediaan hayati) pada hewan dan manusia pemanfaatannya untuk menghasilkan respon terapi yang optimal.
Factor-faktor yang berpengaruh terhadap biofarmatika yaitu sifat fisiko kimia, ada 4 sifat fisiko kimia obat yang berpengaruh terhadap biofarmatika yaitu:
a.       Koefisien partisi adalah perbandingan kadar obat dalam lipid dan kadar obat dalam air setelah terjadi keseimbangan atau bisa juga sebagai kelarutan obat dalam lopid dan kadar obat dalam air setelah terjadi keseimbangan atau bisa juga sebagai kelarutan obat dalam lipid di bagi kelarutan obat di dalam air. Dalam term ini ada dua masalah yaitu kelarutan obat dalam air dan kelarutan obat dalam lipid, sehingga koefisien partisi berpengaruh pada proses disolusi maupun permeasi. Umumnya obat semakin besar koefisien partisi semakin sulit larut dalam air sehingga permeasi menjadi lambat. Maka absorbs obat akan baik jika koefisien partisi optimal, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Jika terlalu kecil maka permeasi akan menjadi rate limiting  step-nya, sedangkan jika rlalu besar maka dissolusi akan menjadi rate liiting step-nya. Untuk koefisien partisi yang terlalu besar bisa dilihat harga kecepatan disolusi intisiknya, jika lebih dari 0,1 mg cm-2 menit-1, maka artinya disolusi tidak bermasalah, ini menguntungkan karena obat berat tidak bemasalah, maka obat tadi bisa di buat bentuk prodrug, suatu senyawa tidak aktif, tetapi jika di metabolisme akan menghasilkan senyawa yang aktif, misalnya bekampisilin (prodrug untuk ampisilin) dan fenazetin (calon paracetamol).
b.      Konstatnta disosiasi (ka) besaran ini menunjukan kemampuan suatu asam lemah untuk terdisosiasi dalam air. Semakin besar maka semakin mudah asam lemah ini terdisosiasi. Bersama-sama dengan pH medium maka pKa (yaitu nilai –log Ka) akan menentikan fraksi obat dalam bentuk ion sesuai dengan persamaan bentuk molekul, sesuai dengan persamaan Henderson-hasselbalch. Untuk obat asam maka semakin besar pKa semakin mudah diabsorbsi, sebalinya untuk obat basa, pada pH mediaum yang sama. Persamaan Henderson-Hasselbalch melahirkan suatu teori suatu teori yang di sebut pH-partition hypothesys.   
pH =  pKa+log fi – log fu, untuk asam
PH = pKa +log fu – log fi, untuk basa
c.       Ukuran molekul dan bentuk molekul. Sesuai dengan persamaan Stokes-einstein, ukuran molekul berpengaru pada harga koefisien difusi, D, pada proses disolusi (D pada persamaan noyhes-Whitney) maupun pada proses permeasi Dm pada  persamaan ficks I). pada proses transport konveksi, moleku-molekul beukuran kecil dapat menembus pori gastrointestinal seperti urea, methanol, dan formamid.
d.      Stabilitas obat, kalau 3 sifat di atas berpengaruh terhadap Cd dengan mempengaruhi disolusi maka stabilitas obat berpengaruh terhadap Cd dengan mempengaruhi seberapa cepat obat hilang dari kompartemen donot, bukan karna diabsorbsi tetapi karena di rusak. Beberapa obat tidak bisa di pakai secara oral karena di rusak oleh ph maupun enzim-enzim dalam gas gastrointestinal misalnya penisilin, yang beta laktamnya mudah terhidrosi dalam suasana asam maupun basa. Stabilitas obat dapat di gunakan untuk memprediksi besarnya F (bioavailabilitas relative terhadap intra vena), dengan asumsi permeasi berjalan sempurna. Misalnya suatu obat mempunyai harga k/ka=2. K adalah konstanta kecepatan degradasi, ka adalah konstanta kecepatan absorbs P2 si, P1 adalah jumlah obat terabsorbsi.
2.      Prinsip farmakokinetik
Farmakokinetik menjelaskan tentang apa yang terjadi dengan suatu zat di dalam organisme, misalnya bagaimana perjalan obat dalam tubuh. Farmakokinetik mengamati jenis-jenis proses seperti absorbs, distribusi biotranspormation (metabolisme) dan exresion. Perubahan konsentrasi obat yang terjadi dalam organisme khususnya dalam plasma di buat grafik terhadap waktu. (Essential of medical pharmacology. 5 thedition:2003). Farmakokinetika merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat di dalam tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolosme dan ekskresinya (ADME). Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menibulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat di ekskresi dari dalam tubuh. Seluruh proses ini di sebut dengan proses farmakokinetika dan berjalan serentak.
a.       Absorbsi adalah proses masuknya obat dari tempat obat ke dalam sirkulasi sistemik (pembuluh darah). Kecepatan absorbsi obat tergantung pada:  
·         kelarutan, obat harus dapat melarut atau obat sudah dalam bentuk terlarut. Sehingga dari kecepatan melarut mempengaruhi kecepatan absori.
·         pH obat yang bersifat asam lemah akan mudah menembus membran sel pada suasana asam. Jika PH obat berubah (di tambah buffer) maka absorbsi akan melambat.
·          Sirkulai darah, pemberian obat melalui sublingual akan lebih cepat doabsorbsi di banding subkutan, karena umumnya sirkulasi darah di subkutan lebih sedikit (jelek) di bandingkan di sublingual.
·         Tempat absorbsi, obat dapat di absorbsi  misalnya di kulit, membran mukosa, dan usus halus. Obat yang oral, absorbsi terjadi di usus halus karena luas permukaan jika ibarat inhalasi, diabsorbs sangat cepat karena epithelium paru-paru juga sangat luas.
Absorbsi melalui saliran cerna, pemberian peroral merupakan cara yang pling lazim karena merupakan cara yang paling mudah, ekonomis dan aman namun memiliki kerugian yaitu obat dapat merangsang mukosa lambung dan menimbulkan emasisis misalnya aminoilin. Selain itu, obat akan membentuk kompleks dengan makanam sehingga sehingga sukar untuk di absorbsi dan akan mengalami biotranpormasi sebelum memasuki ke berbagai organ. Umumnya obat dalam bentuk non polar yang larut dalam lemak sangat cepat di absorbsi, sedangkan obat yang bersifat polar tidak larut dalam lemak sepeti zat alumunium kuaterner, lambat diabsorbsi. Obat yang tidak larut dalam air tidak di absorbs melalui saluran cerna.
b.      Disribusi, setelah di absorbsi obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat jiga di tentukan oleh sifat fisiko kimianya. Distribusi obat di bedakan atas 2 fase berdasarkan penyebaran di dalam tubuh. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang fungsinya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak. Selanjutnya, ditribusi fase ke dua jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ di atas misalnya otot, visera, kulit, dan jaringan lemak. Distribusi ini baru mencapai keseimbangan setelah waktu yang lebih lama. Difusi ke ruang intertisial jaringan terjadi karena cela antar sel endotelkapiler mampu melewatkan semua molekul obat bebas, kecuali di otak. Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membrann sel sehingga distribusinya terbatas terutama di cairan estrasel. Distribusi juga di batasi oleh ikatan obat pada protein plasma hanya obat bebas yang dapat didifusi dan mencapai keseimbangan. Derajat ikatan obat dengan protein plasma di tentukan oleh afinitas obat terdapat protein, kadar obat, dan kadar proteinnya sendiri. Pengikat obat oleh protein akan berkurang pada mal nutrisi berat karena adanya defisiensi protein.
c.       Biotransformasi / metabolisme obat ialah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan di katalis oleh enzim khusunya CYT 45. Pada proses ini molekul obat di ubah menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih nudah di ekskresi melalui ginjal. Selain itu, pada umunya obat menjadi in aktif, sehingga biotransformasi sangat berperan dalam mengakhiri kerja obat. Tetapi ada obat yang metabolitnya sama aktif, lebih aktif, atau tidak toksik. Ada obat yang merupakan calon obat (prodrug) justru di aktifkan oleh enzim biotransformasi ini. Metabolit aktif akan mengalami biotrnaformasi lebih lanjut atau di ekskresi sehingga kerjanya beakhir.
d.      Ekskresi obat di keluarkan melalui organ bebagai ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya.
3.      Prinsip Farmakodinamik
Farmakodinamik merupakan ilmu yang mempelajari cara kerja obat, efek obat terhadat fungsi berbagai organ dan pengaruh obat terhadap reaksi biokimia dan reaksi organ. Singkatnya pengaruh organ terhadap sel hidup. Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya.
a.       Mekanisme kerja obat, efek obat umumny muncul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat tersebut.
b.      Reseptor obat, struktur obat berhubungan dengan asifinitasnya terhadap reseptor dan aktivitas intrinsiknya, sehingga perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan stereoismer, dapat menimbulkan perubahan besar dalam sidat farmakologinya
c.       Transmisi sinyal biologis, penghantar sinyal biologis ialah proses yang menyebabkan suatu substansi ekstraseluler (extracellular chemical messenger) menimbulkam suatu respons seluler fisiologos yang spesifik. Sistem hantaran ini di mulai dengan pendudukan yang reseptor yang terdapat membran sel atau di dalam sitoplasma oleh transmitor. Kebanyakan messenger ini bersifat polar. Contoh: transmitor untuk reseptor yang terdapat dimembran sel ialah katekolamin, TRH, LH. Sedangkan untuk reseptor yang terdapat dalam sitiplasma ialah steroid (adrenal dan gondalan), tiroksin, vit D.
d.      Interaksi obat reseptor, ikatan antara obat dam reseptor misalnya ikatan substrat dengan enzim, biasanya merupakan Ikatan lemah (ikatan ion,  hydrogen, hidrofobik,van der Waals), dan jarang berupa ikatan kovalen.
e.       Antagonisme farmakodinamika, secara farmakodinamika dapat di bedakan 2 jenis antagonisme, yaitu antagonisme fisiologik dan antagonisme pada reseptor. Selain itu, antagonisme pada reseptor dapat bersifat kompetitif dan nonkompetitif. Antagonisme merupakan peristiwa pengurangan atau penghapusan efek suatu obat oleh obat lain. Peristiwa ini termasuk interaksi obat. Obat yang menyebabkan pengurangan efek disebut antagonis, sedang obat yang efeknya di kurangi atau di tiadakan di sebut agonis. Secara umum obat yang efeknya di pengaruhi oleh obat lain disebut oleh objek sedangkan obat yang mempengaruhi efek obat lain di sebut obat presipitan.
f.       Kerja obat yang di perantarai reseptor, dalam menimbulkan efek obat tertentu tidak berkaitan dengan reseptor. Obat-obat ini mungkin mengubah sifat cairan tubuh, berinteraksi dengan ion atau molekul kecil, atau masuk ke komponen sel.
g.      Efek obat, yaitu perubahan fungsi struktur(organ)/proses/tingkah laku organisme hidup akibat kerja obat. Efek obat pada umumnya terlihat sebagai perubahan intensitas faal organ tertentu atau reaksi biokimianya. Karena efek obat adalah hal yang dapat di observasi maka di golongkan sesuai efek dengan efeknya. Misalnya, analgesi-antipiretik, hipnotik-sedatif, spasmolitik, hipogikemik, obat hipertensi dan sebagainya.     




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
 Interaksi obat adalah perubahab efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawaa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.
 Mekanisme yang terlibat dalam interaksi obat yaitu: biofarmasetika, farmakokinetik dan farmakodinamik.


DAFTAR PUSTAKA
Banker G.S. dan Rhodes C.T.,1995, Modern Pharmaceutics, edisi 3, Marcel Dekker, New York
Harknes Richard, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda B.Widianto. Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB, 1989.
Katzung,G.1997.Bacic and clinical pharmacology.Edisi 6.Jakarta:EGCs
sTripathiss,KD.2013.Essential of medical pharmacology.5th  edition.New Delhi:Jaypee  


Disusun Oleh Lili Suryani 


Terimakasih Kepada Dosen Pengampu Zaidir, ST.,MCs. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar