EVIDENCE
BASED DALAM KESPRO& PRAKTIK KEBIDANAN
A. Latar Belakang
Evidence based artinya berdasarkan bukti,
tidak lagi berdasarkan pengalaman atau
kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar
bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan. Sejarah
evidence dimulai pada tahun 1970 ketika Archie Cochrane menegaskan perlunya
mengevaluasi pelayanan kesehatan
berdasarkan bukti- bukti ilmiah (Scientific evidence).Sejak itu berbagai
istilah digunakakan terkait dengan
evidence based, diantaranya evidencebased medicine
( EBM), evidence basednurssing (EBN), dan evidence based
practice (EBP).
Evidance Based Practice (EBP)
merupakan upaya untuk mengambil keputusan klinis berdaskan sumber relevan dan valit.Oleh karena EBP merupakan
jalan untuk mentrasformasikan hasil penelitian kedalam praktik sehingga
perawat/bidan dapat meningkatkan “ quality of care “terhadap pasien. Selain itu
implementasi EBP juga akan menurunkan biaya perawatan yang memberi dampak
positif tidak hanya bagi pasien,perawat,tapi juga bagi istitusi pelayanan kesehatan.
Sayangnya penggunaan bukti-bukti riset sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan klinis seperti seorang bayi yang masih berada dalam tahap
pertumbuhan.
Evidence Based Practice
( EBP) merupakan pendekatan yang dapat
digunakan dalam praktik kebidanan yang berdasarkan Evidence based atau
fakta.Selama ini, khususnya dalam kebidanan sering ditemui praktik-praktik atau
intervensi yang berdasarkan “ biasanya juga begitu” sebagai contoh , penerapan
Episiotomi pada persalinan kala II dulu merupakan hal yang sering dilakukan
oleh Bidan, dengan asumsi dapat mencegah robekan perineum yang tidak rata dan
mempermudah lahirnya bayi, sedangkan penelitian terbaru mengungkapkan bahwa tindakan episiotomy
dilakukan jika ada indikasi saja.
Merubah
sikap adalah sesuatu yang sangat sulit, bahkan mungkin hal yang sia-sia. Orang
tidak akan bisa merubah adat orang lain,kecuali orang-orang didalamnya yang mau
merubah diri mereka sendiri. Pelayanan yang paling efektif dan efisien menjadi
tuntutan sekaligus tantangan besar yang harus dicari problem solving-nya
Penggunaan Evidence
based dalam praktik akan menjadi dasar scientific dalam pengambilan keputusan
klinis sehingga intervensi yang
diberikan dapat dipertanggungjawabkan. Sayangnya pendekatan evidence based
belum berkembang termasuk hasil riset kedalam praktik.Riset di Indonesia hanya
untuk kebutuhan penyelesain studi sehingga hanya menjadi tumpukan kertas semata
B. Definisi Evidance Based
Pengertian Evidence Based jika ditinjau dari penggalan kata (inggris) maka Evidence Based dapat diartikan sebagai berikut:
Evidence :
Bukti,fakta
Based : Dasar
Jadi
evidence Based: adalah praktik
berdasarkan bukti.
Evidence Based practice
merupakan salah satu perkembangan yang penting pada dekade ini untuk membantu
sebuah profesi.
a.
Menurut (Goode &
Piedalue 1999) Praktik Klinis berdasarkan
bukti melibatkan temuan pengetahuan dari penelitian, review atau
tinjauan kritis.EBP didefinisikan sbg intervensi dalam perawatan kesehatan yang
berdasarkan pada fakta terbaik yang didapatkan.
b.
Menurut (
Newhouse,dkk,2005) Evidence Based Practise merupakan suatu pendekatan pemecahan
masalah untuk mengambil keputusan dalam organisasi pelayanan kesehatan yang
terintegrasi yang didalamnya ada ilmu pengetahuan atau teori yang ada dengan
pengalaman dengan bukti – bukti nyata yang baik.
c.
Menurut Titler 2008
Evidence Based Practice adalah tindakan yang teliti dan bertanggungjawab dengan menggunakan bukti yang berhubungan
dengan keahlian Klinis dan nilai-nilai pasien
untuk menuntun pengambilan keputusan dalam proses perawatan
C. Tingkatan dan Hirarki
dalam penerapan Evidence Based
Tingkatan
evidence disebut juga dengan Hierarchy evidence yang digunakan untuk mengukur
kekuatan suatu evidence dari rentang bukti yang paling rendah sampai dengan
yang terbaik.
Adapun hirarki dari tingkat kepercayaan yang paling rendah
hingga yang paling tinggi dalam penelitian ilmiah tersebut yakni :













1.
Laporan fenomena atau
kejadian – kejadian yang kita temui sehari- hari
2.
Studi Kasus
3.
Studi lapangan atau
laporan Deskriptif
4.
Studi pencobaan tanpa
menggunakan teknik penganbilan sampel secara acak ( random)
5.
Studi percobaan yang
menggunakan setidaknya ada satu kelompok pembanding,dan menggunakan sampel
secara acak
6.
Systemic review untuk
kelompok bijak besttari atau meta-analisa yaitu pengkajian berbagai yang ada
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
Tidak
semua Evidence Based Medicine dapat langsung diaplikasikan oleh semua
professional kebidanan di dunia. Oleh karena itu bukti ilmiah tersebut harus
ditelaah terlebih dahulu,mempertimbangkan manfaat dan kerugian serta kondisi
setempat seperti budaya,kebijakan dan lain sebagainya.
D. Evidence Based Practice
dengan Decision Making
Melnyk dan Fineout –Overhold (2011)
menggambarkan keterkaitan antara Evidence Based Practice dengan proses decision
making yang di gambarkan dalam kerangka sebagai berikut
|
|
|
|

Pengambilan
keputusan untuk melakukan perubahan berdasarkan bukti – bukti nyata atau
Evidence Based Practice dipengaruhi oleh tiga factor yaitu, hasil penelitian
atau riset termasuk teori-teori pendukung, pengalaman yang bersifat Klinis,
serta feedback atau sumber-sumber yang dialami oleh pasien
E. Model Implementasi
Evidence Based practice
1.
Model Setter merupakan
seperangkat perlengkapan/ media penelitian untuk meningkatkan penerapan
Evidence Based.
Adapun langkah – langkah dalam Model
Setter:
Fase 1 : Persiapan
Fase 2 : Validasi
Fase 3 : Pembandingan evaluasi dan
pengambilan keputusan
Fase 4 : Traslasi dan aplikasi
Fase 5 : Evaluasi
2.
Model IOWA Model of
Evidance Based Practice to Promote Quallity Care
Model ini dikembangkan oleh Marita G.Titler,Phd,RN,FAAN. Model
ini diawali dari pemicu atau masalah sebagai
focus masalah.Jika masalah mengenai
prioritas dari suatu organisasi maka tim
segera dibentuk.
3.
Model konseptual
Rosswurm & Larrabee
Model ini diebut juga dengan model
Evidence Based Practice Changge yang terdiri dari 6 langkah yaitu :
Tahap 1 : Mengkaji kebutuhan untuk
perubahan praktis
Tahap 2 : Tentukan Evidence terbaik
Tahap 3 : Kritikal Analisis Evidnce
Tahap 4 : Design Perubahan dalam praktik
Tahap 5 : Implementasi dan Evaluasi
perubahan
Tahap 6 : Integrasikan dan maintain
perubahan dalam praktik
Model ini menjelaskan bahwa penerapan
Evidendce Based Nursing kedalam praktek harus memperhatikan latar belakang
teori yang ada, kevalidan dan kereliabilitasan metode yang digunakan, serta
penggunaan nomenklatur yang standar.
F. Pengkajian dan Alat
dalam Evidance Based Practice
Beberapa langkah dalam pengkajian
EBP,yaitu :
1.
Mengidentifikasi gap/kesenjangan antara teori dan praktik
2.
Memformulasikan pertanyaan klinis yang relevan
3.
Melakukan pencarian leteratur yang efisien
4.
Mengaplikasikan peran dari bukti untuk mrnrntukan tingkat validitasnya
5. Mengaplikasikan temuan literature pada
masalah pasien
6. Mengerti dan memahami keterkaitan antara nilai dan budaya pasien .
G. Langkah –langkah dalam
Evidence Based Practice
Langkah
1 : Kembangkan semangat
penelitian.
Langkah
2 : Ajukan pertanyaan Klinis
dalam format PICOT untuk menghasilkan evidence yang lebih baik dan relevan.
1. Populasi pasien (p)
2. Intervensi ( i)
3. Perbandingan intervensi atau kelompok
(c)
4. Hasil/ Outcome ( O)
5. Waktu/Time ( T)
Langkah 3 : Cari buku terbaik
Langkah 4 : Kritis menilai bukti
Langkah 5:
Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan perferensi pasien dan
nilai-nilainya.
Langkah 6 : Evaluasi
hasil keputusan praktik atau perubahan berdsarkan bukti
H. Evidence Based dalam
Praktik Kebidanan
1.
Definisi Evidence Based
dalam paktik kebidanan
Pengertian Evidence
Based jika ditinjau dari penggalan kata
(inggris) maka Evidence Based
dapat diartikan sebagai berikut:
Evidence :
Bukti,,fakta
Based :
Dasar
Jadi
evidence Based adalah praktik berdasarkan bukti.
Evidence based kebidanan adalah pemberian
informasi kebidananberdasarkan bukti dari penelitian yang bisa
dipertanggungjawabkan.Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kinintidak dianjurkan
lagi.
2.
Manfaat Evidence Based
a.
Keamanan bagi Nakes
karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti Ilmiah
b.
Meningkatkan kompetensi
( kognitif)
c.
Memenuhi tuntutan dan
kewajiban sebagai Profesional dalam memberikan asuhan yang bermutu
d.
Memenuhi kepuasan
pelangan
e.
Mengurangi angka
kematian ibu hamil dan resiko-resiko yang dialami selama persalinan.
Disusun Oleh Lilis Suryani
Terimakasih Kepada Dosen Pengampu Zaidir, ST., MCs.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar