Minggu, 21 Juli 2019

Pemrosesan Alat Dan Penanganan Sampah Medis


PEMROSESAN ALAT DAN PENANGANAN SAMPAH

1.      Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah yang tepat harus selalu dilakukan pada pelayanan kesehatan. Latar belakang perlu dilakukan pengelolaan sampah dengan tepat adalah untuk melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan, melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan, mencegah penularan infeksi pada masyarakat disekitar pelayanan kesehatan dan membuang bahan-bahan berbahaya, seperti toksin dan radioaktif dengan aman. Pelayanan kesehatan setidaknya menghasilkan dua jenis sampah besar, yaitu sampah terkontaminasi, merupakan sampah yang secara potensial berbahaya dan sampah tidak terkontaminasi. Sampah berbahaya yang dihasilkan pelayanan kesehatan bahan kimia atau farmasi (kaleng yg mengandung obat kadaluarsa, vaksin, reagen desinfektan (formaldehid, aseton), sampah sitotoksin (obat-obat kemotherapi), sampah dari logam berat (air raksa), wadah bekas berisi gas dan tidak dapat didaur ulang yang berbahaya dan dapat meledak apabila dibakar.

Alur Pengumpulan dan Pembuangan Sampah Medis



 











Keterangan :
(1)           a.  Jarum, kapas, kasa, pembalut, vial, pisau skalpel dan semprit
          b. Sejumlah kecil semprit terbuat dari polieten/polipropen dapat dibakar diudara terbuka tanpa khawatir akan membahayakan kesehatan lingkungan
       (2)   a. Darah,  cairan tubuh lain, jaringan,  plasenta, bagian janin set   tranfusi      
         b.  Polivinil chlorida (PVC) tidak boleh dibakar akan mengeluarkan bahan kimia berbahaya.
        (3)  Insenerator bisa dibuat dari bahan lokal  (tong/gentong) (insenerasi:     pembakaran sampah padat, cair/gas mudah terbakar
       Catatan penting :
(1)      Wadah bertekanan gas (kaleng sembur aerosol)
(2)      Sampah kimia reaktif dalam jumlah besar
(3)      Sampah garam perak dan radiografik/fotografik
(4)      Plastik yang mengandung polivinil khlorida (plastik pembungkus darah, selang IV atau spuit sekali pakai)
(5)      Sampah mengandung banyak air raksa/kadmium, seperti pecahan termometer, bekas termometer, bekas baterai dan dinding kayu yang dicat dengan timah tebal.

2.      Pemrosesan Alat
Bagan Pemrosesan Alat
3.     


Text Box: DEKONTAMINASI
Rendam dalam larutan klorin 0.5 selama 10 menit
 

















 
















3.      Dekontaminasi
Dekontaminasi alat harus segera dilakukan segera setelah digunakan dengan cara masukkannya kedalam larutan khlorin 0.5 % slm 10 menit. Dekontaminasi membuat benda lebih aman ditangani petugas. Dekontaminasi diketahui mampu mematikan virus hepatitis B & HIV. Saat melakukan dekontaminasi pastikan benda-benda terendam semuaya. Harus diperhatikan bahwa efektifitas atau daya kerja air khlorin cepat menurun sehingga harus diganti paling sedikit 24 jam atau lebih cepat jika terlihat kotor/keruh.Larutan klorin 0.5% dapat dibuat dengan dua cara.
(1)     Larutan klorin sediaan konsentrat cari dengan kadar 5.25% menjadi 0.5% dengan cara,
       

                                          a.     Contoh : untuk membuat lar khlorin 0,5 % dari lar khlorin 5,25% (msl bayclin)
 
                                          b.     Tambahkan 9 bagian (pembulatan 9,5) air ke dlm 1 bgn lar khlorin konsentrat (5,25%)
             Catatan : air tidak perlu dimasak

(2)     Larutan klorin 0.5% dari serbuk kering

                                          a.     Contoh : untuk membuat lar khlorin 0,5 % dari serbuk yang bisa melepaskan khlorin (spt kalsium hipokhlorida) yang mengandung 35 % khlorin
                                          b.     Tambahkan 14 gram (pembulatan kebawah dari 14,3)  serbuk kedalam  1 liter air mentah yang bersih

4.      Pencucian dan Pembilasan
Pencucian  merupakan cara yang paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada peralatan yang kotor atau yang sudah digunakan. Pencucian dan pembilasan segera dilakukan setelah peralatan didekontaminasi. Sebagian besar mikroorganisme hilang (hingga 80%) dengan proses pencucian dan pembilasan. Pencucian menurunkan jumlah endospora yang menyebabkan tetanus dan gangrene. Pencucian penting karena residu bahan-bahan organik bisa menjadi tempat koloni mikroorganisme (termasuk endospora) dan melindungi mikroorganisme dari proses sterilisasi/desinfeksi kimiawi. Jika perlengkapan untuk sterilisasi tidak tersedia, pencucian secara seksama merupakan proses fisik satu-satunya untuk menghilangkan sejumlah endospore.
Tahap-Tahap Pencucian dan Pembilasan
(1)           Pakai sarung tangan yang tebal pada kedua tangan
(2)           Ambil peralatan yang sudah didekontaminasi
(3)          Pisahkan benda yang terbuat dari plastik/karet dengan benda yang terbuat dari logam, tujuan menjaga supaya tidak rusak
(4)           Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati
(5)          Gunakan sikat dan air sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran
(6)           Buka engsel klem dan gunting
(7)          Sikat dengan seksama terutama dibagian sambungan dan sudut  peralatan
(8)           Pastikan tidak ada sisa darah atau  kotoran pada peralatan
(9)           Cuci setiap benda minimal 3 kalidengan air dan sabun/ detergen
(10)       Bilas dengan air bersih
(11)       Ulangi prosedur denganbenda-benda yang lain
(12)      Jika peralatan akan di DTT secara kimiawi tempatkan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses DTT, karena jika alat masih basah dikhawatirkan akan mengencerkan larutan  kimia dan membuat larutan kurang efektif
(13)      Peralatan yang akan dikukus/direbus/disterilisasi dengan otoklaf tidak perlu dikeringkan
(14)      Selagi masih pakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan kemudian bilas dengan air bersih
(15)      Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan diangin-anginkan
5.      Disinfektan Tingkat Tinggi
Meskipun sterilisasi adalah cara yang paling efektif untuk membunuh mikroorganisme tetapi proses sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan praktis. DTT merupakan satu-satunya alternatif dalam situasi  tersebut. DTT dapat dilakukan dengan cara merebus, mengukus dan kimiawi.
(1)           DTT dengan cara merebus
a)        Gunakan panci dengan penutup yang rapat
b)        Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan
c)        Rendam alat dalam air sehingga semua terendam
d)       Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih
e)        Jangan tambahakan apapun saat perebusan air dimulai
f)         Rebus selama 20‘
g)        Catat waktu perebusan
h)        Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan/disimpan
i)          Pada saat kering gunakan segera atau simpan dalam wadah DTT dan berpenutup
(2)           DTT dengan uap panas/ perebusan
a)        Gunakan panci perebus dengan 3 susun nampan pengukus
b)        Gulung bagian atas sarung tangan
c)        Letakkan sarung tangan pada nampan pengukus,dengan bagian jari mengarah ketengah nampan
d)       Ulangi sampai semua nampan terisi sarung tangan
e)        Letakkan penutup diatas nampan pengukus paling atas
f)         jika uap mulai keluar, mulai hitung waktu dan catat
g)        Kukus selama 20 mnt
h)        Angkat nampan dan  goyangkan perlahan-lahan agar air dapat menetes keluar sampai semua nampan
i)          Biarkan sarung tangan kering dan diangin-anginkan selama 4-6 jam
j)          Jika tidak segera dipakai pindahkan dalam wadah DTT yang tertutup dan dapat disimpan dalam waktu 1 minggu
(3)           DTT Kimiawi
Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah khlorin dan glutaraldehid (cidex). Khlorin merupakan larutan desinfektan tingkat tinggi yang selalu tersedia dan tidak mahal.  Larutan khlorin bersifat korosif, sehingga proses perendaman selama 20 menit, maka segera dibilas dengan air matang.
a)        Letakkan alat dlm keadaan kering
b)        Pastikan alat terendam semua
c)        Rendam peralatan selama 20 mnt
d)       Bilas dg air matang dan angin2kan sampai kering di wadah yg di DTT yg berpenutup
e)        Setelah kering dapat sgr digunakan / disimpan dlm wadah DTT berpenutup rapat
6.      Sterilisasi
Text Box: DEKONTAMINASI
Rendam dalam larutan klorin 0.5 selama 10 menit
Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme termasuk endospore. Sterilisasi dilakukan dengan uap bertekanan tinggi (otoklaf) dan pemanasan kering (oven).  Sterilisasi merupakan suatu proses, bukan suatu peristiwa tunggal maka seluruh komponen harus dilakukan secara benar agar tujuan sterilisasi dapat dicapai. Agar efektif  ketepatan  wkt, kontak, suhu dan untuk steriilisasi uap ketepatan tekanan tinggi harus diperhatikan.
7.      Penyimpanan Alat
(1)     Benda yang telah disteril/DTT harus disimpan dalam kondisi kering dan bebas debu.
(2)     Alat yang disimpan pada tempat tertutup, kering, dan bersih dapat terjaga sampai dengan 1 minggu
(3)     Alat yang telah disteril jika disimpan dalam plastik bersegel, kering dan utuh dapat terjaga sampai 1 bulan
(4)     Apabila peralatan tersebut tidak digunakan sampai batas waktu masa aman penyimpanan, maka harus diproses kembali
(5)     Untuk menyiapkan tempat yang di DTT bisa direbus bila kecil, atau isi dengan larutan klorin 0,5 % selam 20 menit. Bilas dengan air matang dan angina-anginkan sebelum digunakan


Disusun Oleh Lilis Suryani 


Terimakasih Kepada Dosen Pengampu Zaidir, ST., MCs.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar