Minggu, 21 Juli 2019

Konsep Sakit


KONSEP SAKIT

1.      Pengertian Sakit
Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani, maupun sosial (Perkin’s).
Sakit adalah suatu keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis (jasmani), psikologis (mental), sosial, dan spritual yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, produktifitas dan kemandirian individu baik secara keseluruhan maupun sebagian (Zaidin Ali, 1998).
Sakit adalah suatu keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau spritual seseorang berkurang atau terganggu bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya (Potter, 2005).
Kesakitan adalah perasaaan tidak nyaman seseorang yang mendorongnya untuk memeriksakan kesehatan, mencari pengobatan, dan perawatannya (Zaidin Ali, 1998).
2.      Keadaan Sehat- Sakit
Rentang sehat-sakit yaitu status kesehatan seseorang terletak antara dua kutub, yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian maka kita berada dalam area sakit (illness area), dan apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita berada dalam area sehat (Wellness area). Jadi, status kesehatan selalu dinamis dan berubah setiap saat.
3.      Rentang Sakit
Rentang sakit merupakan rangkaian dalam konsep sehat-sakit. Rentang ini dimulai dari keadaan setengah sakit, sakit, sakit kronis dan kematian. Sakit pada dasarnya merupakan keadaan terganggunya seseorang dalam proses tumbuh kembang fungsi tubuh secara keseluruhan atau sebagian, serta terganggunya proses penyesuaian diri manusia, sakit juga bisa dikatakan sebagai gangguan dalam fungsi yang normal dimana individu sebagai totalitas dari keadaan organisme sebagai sistem biologis dan adaptasi sosial. Sakit dapat diketahui dari adanya suatu gejala yang dirasakan serta terganggunya kemampuan individu untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan pengertian sakit diatas, maka muncul suatu istilah yang dikatakan sebagai penyakit. Menurut pandangan medis penyakit dapat digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang mengakibatkan berkurangnya kapasitas tubuh sehingga responnya dapat berupa sakit. 
Selain itu sakit dapat diartikan sebagai hasil dari interaksi antara seseorang dengan lingkungan, dimana terjadinya kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan sehingga menimbukan ketidak seimbangan antara faktor host, agent dan lingkungan.
4.      Konsep Trias Epidemiologi
Penyakit adalah hasil dari interaksi komplek (keseimbangan) antara tiga faktor yaitu agent, host, dan lingkungan.Segitiga epidemiologi merupakan teori dasar yang terkenal sejak disiplin ilmu epidemiologi mulai di gunakan di dunia, yang menggambarkan hubungan dari ketiga faktor penyebab penyakit yaitu host, agent, dan lingkungan.Terjadinya suatu penyakit sangan tergantung dari keseimbangan dan interaksi ketiganya.
a.    Host
     Host atau penjamu ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor resiko untuk terjadinya suatu penyakit.Faktor ini disebabkan oleh faktor intrinsic. Komponen dari faktor penjamu yang biasanya menjadi faktor untuk timbulnya suatu penyakit sebagai berikut :
1)   Umur, misalnya usia lanjut lebih rentan untuk terkena penyakit karsinoma, jantung dan lain-lain dari pada yang usia muda.
2)   Jenis kelamin, misalnya penyakit kelenjar gondok, diabetes mellitus cenderung terjadi pada wanita serta kanker serviks yang hanya terjadi pada wanita atau penyakit kanker prostat yang hanya terjadi pada laki-laki atau yang terjadi pada laki-laki seperti hiprtensi, jantung dan lain-lain.
3)   Ras, suku atau etnik. Misalnya pada ras kulit putih dan ras kulit hitam yang beda kerentanannya terhadap suatu penyakit.
4)   Genetik, misalnya penyakit yang menurun seperti hemofilia dan buta warna.
5)   Status kesehatan umum termasuk status gizi.
b.    Agent
     Agent adalah suatu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit.Yang disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang dikarenakan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, parasite, protozoa). Unsur nutrisi karena bahan makanan yang tidak memenuhi standar gizi yang di tentukan, unsur kimiawi yang disebabkan karena bahan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri (karbon monokside, obat-obatan, pestisida), unsur fisika yang disebabkan oleh panas, benturan, dan lain-lain, serta unsur psikis atau genetik yang terkait  dengan keturunan. Demikian juga dengan unsur kebiasaan hidup (merokok, alcohol dan lain-lain).Perubahan hormonal dan unsur fisiologis seperti kehamilan persalinan dan lain-lain. Komponen dari faktor agent yaitu :
1)    Kondisi lingkungan
2)    Virulensi (mikroba)
3)    Infektifitas (mikroba)
4)    Toksisitas (toksin).
c.    Environment (lingkungan)
Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit, hal ini karena faktor dari luar. Faktor lingkungan ini dibagi menjadi :
1)    Lingkungan biologis (flora dan fauna)
2)   Lingkungan fisik (udara, keadaaan tanah, geografis, air, zat kimia, polusi, dan radiasi)
3)   Lingkungan sosial ekonomi, sistem ekonomi yang berlaku yang mengacu pada pekerjaan seseorang dan berdampak pada penghasilan yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi masalah adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah keadaan kepadatan penduduk rumah tangga, sistem pelayanan setempat, kebiasaan hidup masyarakat, bentuk organisasi masyarakat yang semuanya dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan terutama munculnya berbagai penyakit.
Komponen dari faktor lingkungan :
1)   Kepadatan penduduk
2)   Perpindahan penduduk
3)   Tempat tinggal (misalnya ventilasi, sanitasi)
4)   Keadaaan  lingkungan (misalnya suhu, kelembaban, kecepatan angin).
5.      Variabel yang Mempengaruhi Perilaku Sakit
a.       Variabel Internal
Variabel internal yang penting dan dapat mempengaruhi perilaku pada saat klien sakit antara lain persepsi mereka terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami. Jika klien merasa yakin bahwa gejala sakit tersebut dapat mengganggu kehidupan rutinnya sehari-hari, maka mereka lebih cenderung mencari bantuan kesehatan dibandingkan bila klien tidak memandang gejala tersebut dapat menjadi suatu gangguan baginya. Individu yang mungkin merasa takut mengalami sakit yang serius, bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan kesehatan. Perilaku sakit klien dapat juga disebabkan oleh asal penyakit yang dialaminya.
b.      Variabel Eksternal
Variabel eksternal yang mempengaruhi  perilaku sakit klien terdiri dari gejala yang dapat dilihat, kelompok sosial, latar belakang budaya, variabel ekonomi, kemudahan akses ke dalam sistem pelayanan kesehatan, dan dukungan sosial.
Gejala yang dapat dilihat dari suatu penyakit dapat berpengaruh pada citra tubuh dan perilaku sakit. Kelompok sosial klien mungkin akan membantu mereka untuk mengenai ancaman penyakit, atau memberi dukungan pada klien untuk menyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Interakasi klien dengan anggota keluarga, teman sebaya dan orang lain mungkin dapat menghasilkan hal yang sama. Perilaku sakit dapat di interpretasikan dan dijelaskan menurut pengalaman dan harapan pribadi. Latar belakang budaya dan etik mengajarkan seorang individu bagaimana menjadi sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Pemberian arti sehat dan sakit berhubungan dengan nilai ikatan budaya dasar yang digunakan oleh seseorang untuk mendefinisikan pengalaman dan persepsi yang diterimanya.
Akses klien ke dalam sistem pelayanan kesehatan sangat erat hubungannya dengan pengaruh faktor ekonomi. Sistem pelayanan kesehatan merupakan suatu sistem sosioekonomi dimana klien harus masuk, berinteraksi dengannya dan kemudian ke luar dari sistem tersebut.
6.      Tahapan Proses Sakit
a.       Tahap Gejala
Tahap ini merupakan tahapan awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala yang dapat meliputi gejala fisik seprti adanya perasaan nyeri, panas dan lain-lain sebagai manisfestasi terjadinya ketidakseimbangan dalam tubuh. Setiap gejala timbul sebagai manisfestasi fisik.
b.      Tahap Asumsi terhadap Sakit
Pada tahap ini seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang dialaminya dan akan merasakan keragu-raguan pada kelainan atau gangguan yang dirasakan pada tubuhnya. Setelah menginterpretasi gejala itu, maka seseorang akan merspon dalam bentuk emosi terhadap gejala tersebut seperti merasakan ketakutan atau kecemasan tersebut, kemudian dilakukan proses konsultasi dengan orang sekitar atau orang yang dianggap lebih mengetahui atau datang ke tempat pengobatan. Tahap ini dapat berakhir dengan ditemukan gejala yang pasti dan terjadi perubahan dari sakitnya. Proses ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan atau pengalaman masa lalu.
c.       Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
Tahapan ini seseorang telah mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan meminta nasehat dari profesi kesehatan seperti dokter, perawat atau lainnya yang dilakukan atas inisiatif dirinya sendiri. Proses pencarian informasi ini dilakukan untu mencari pembenaran keadaan sakitnya, kemudian untuk mengetahui gejala-gejala yang tidak dimengerti oleh klien dan adanya keyakinan bahwa dirinya akan lebih baik. Jika setelah konsultasi tidak ditemukan lagi gejala yang ada, maka klien menggap dirinya telah sembuh. Namun apabila gejala tersebut muncul kembali, maka dirinya akan kembali datang ke pelayanan kesehatan.
d.      Tahap ketergantungan
Tahapan ini terjadi setelah seseorang diangap mengalami suatu penyakit yang tentunya akan mendapatkan bantuan pengobatan sehingga kondisi seseorang sudah mulai ketergantungan dalam pengobatan akan tetapi tidak semua orang mempunyai tingkat keergantungan yang sama melainkan berbeda berdasarkan tingkat kebutuhannya. Kondisi ini juga dapat dipengaruhi, oleh tingkat penyaitnya. Tahapan ini dapat dilakukan dengan pengkajian kebutuhan terhadap ketergantungan dan dapat diberikan suport agar seseorang mengalami kemandirian.
e.       Tahap penyembuhan
Tahapan ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi, dimana seseorang akan melakukan proses belajar untuk melepaskan perannya selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit serta adanya persiapan untuk berfungsi dalam kehidupan sosial. Peran tenaga kesehatan disini dengan membantu klien untuk meningkatkan kemandirian serta memberiakan harapan dan kehidupan menuju kesejahteraan.
7.      Dampak sakit
Dampak sakit dapat terjadi pada individu yang telah mengalami sakit baik yang dirawat di rumah maupun dirawat di rumah sakit. Dampak tersebut dapat terjadi pada individu, keluarga, atau masyarakat.
Dampak – dampak tersebut antara lain :
a.    Terjadi perubahan peran pada keluarga : selama sakit peran dalam keluarga akan mengalami gangguan mengingat terjadi pergantian peran dari salah satu anggota keluarga yang mengalami sakit.
b.    Terjadinya gangguan psikologis : keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya stres (ketegangan) sampai mengalami kecemasan yang berat, apabila psikologisnya tidak disiapkan dengan baik. Proses terganggunya psikologis ini diawali dengan adanya konflik terhadap dirinya seperti kecemasan, ketakutan dan lain-lain.
c.    Masalah keuangan : dampak ini jelas akan terjadi karena adanya beberapa pengeluaran keuangan yang sebelumnya tidak diduga selama sakit mengingat biaya pengobatan dan obat-obatan cukup mahal.
d.   Kesepian akibat perpisahan : dampak ini dapat terjadi pada seseorang yang sebelumnya selau berkumpul dengan keluarga, namun ketika sakit orang tersebut harus dirawat dan berpisah dari keluarganya.
e.    Terjadinya perubahan kebiasaan sosial : ini jelas terjadi mengingat selama dirumah interaksi dilingkungan masyarakat selalu terjadi akan tetapi ketika seseorang sakit seluruh aktivitas sosialnya akan mengalami perubahan.
f.     Terjadinya perubahan kebiasaan sosial: privasi seseorang dapat ditunjukan pada perasaan menyenangkan yang merepleksikan tingkat penghargaan seseorang. Perasaan menyenangkan ini akan mengalami gangguan karena aktivitasnya terbatas dengan kehidupan dirumah sakit serta kebutuhannya terganggu sehingga membuat perasaan menjadi tidak menyenangkan yanng mengakibatkan penghargaan sosial sulit dicapai.
g.    Otonomi : telah disediakannya segala kebutuhan bagi pasien dirumah sakit mengakibatkan menurunnya kemampuan aktivitas pasien karena keadaan untuk mandiri dan mengatur sendiri sulit dicapai sehingga pasien akan selalu memiliki ketergantungan.
h.    Terjadi perubahan gaya hidup: adanya peraturan dan ketentuan dari rumah sakit khususnya perilaku sehat serta aturan dalam makan. Obat dan aktivitas agar seseorang akan mengalami perubahan dalam gaya hidupnya yakni selalu hati-hati dan menghindari hal-hal yang dilarang sesuai dengan ketentuan proses pengobatan dan perawatan.
8.      Perilaku Orang Sakit
Selain dampak yang terjadi akibat keadaan sakit atau dirawat di rumah sakit, seseorang pun selama sakit akan mengalami perubahan dalam berperilaku yang berdampak pada dirinya.
Adapun perubahan perilaku yang terjadi selama sakit antara lain:
a.    Adanya perasaan ketakutan
Perubahan perilaku ini dapat terjadi pada semua orang dengan ditandai adanya perasaan takut sebagai dampak dari sakit. Apabila sikap penerimaan terhadap sakitnya serta dampak yang ditimbulkan belum dapat diterima secara penuh pada seseorang yang mengalami sakit, maka orang tersebut akan terhantui perasaan ketakutan dan hal ini apabila dibiarkan akan mengganggu status mental seseorang.
b.    Menarik diri
Pada orang yang sakit akan selalu mengalami proses kecemasan. Tingkat kecemasan yang dialami seseorang pun akan berbeda. Untuk mengurangi kecemasan, maka seseorang akan berperilaku menarik diri seperti diam jika tidak diberi pertanyaan. Hal tersebut sebagai bentuk upaya menghindari kecemasan.
c.    Egosentris
Perilaku ini dapat terjadi pada orang sakit yang ditunjukkan dengan selalu banyak mempersoalkan dirinya sendiri dan tidak mau mendengarkan perasaan orang lain atau memikirkan orang lain. Perilaku ini juga ditunjukkan dengan selalu ingin bercerita tentang penyakitnya.
d.   Sensitif terhadap persoalan kecil
Pada orang sakit perubahan perilaku ini biasanya selalu ditimbulkan dengan selalu mempersoalkan hal-hal yang kecil sebagai dampak terganggunya psikologis seperti selalu mengomel jika keadaan tersebut tidak sesuai dengan dirinya.
e.    Reaksi emosional tinggi
Perilaku ini dapat ditunjukkan dari seseorang yang mengalami sakit dengan mudah menangis, tersinggung, marah serta tuntutan perhatian yang lebih dari orang sekitar.
f.     Perubahan persepsi
Terjadinya perubahan persepsi selama sakit ini dapat ditunjukkan dengan timbul persepsi bahwa dokter dan perawat adalah orang yang dapat membantu untuk menyembuhkannya sehingga menaruh harapan sangat besar pada dokter dan perawat tersebut.
g.    Berkurangnya minat
Perubahan perilaku yang ditunjukkan pada seseorang yang mengalami sakit ini adalah berkurangnya minat karena terjadi stres (ketegangan) yang diakibatkan penyakit yang dirasakan serta menurunnya kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat dalam lingkup paradigma keperawatan selama rentang sehat-sakit adalah dengan mengadakan tindakan pencegahan baik primer, sekunder maupun tersier. Pencegahan primer dapat meliputi upaya perlindungan khusus dan perlindungan terhadap kesehatan agar terhindar dari berbagai penyakit, tindakan ini dilakukan pada rentang sehat. Tindakan pencegahan sekunder dan tersier dilakukan dengan penegakan diagnosis secara dini dan pengobatan yang tepat serta mencegah dari terjadinya komplikasi dari berbagai penyakit yang ditimbulkan dan melakukan rehabilitasi selama rentang sakit.


Disusun Oleh Lilis Suryani 


Terimakasih Kepada Dosen Pengampu Zaidir, ST., MCs.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar